Kepala Kadin Indonesia, Bambang Brodjonegoro - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami
Jakarta, Bolong.id - Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi dan Kerakyatan Kadin Indonesia, Bambang Brodjonegoro, meminta pemerintah meniru Tiongkok dalam mengentas kemiskinan dan mendorong pemberdayaan masyarakat.
Dilansir dari Liputan6.com pada Kamis (07/10/2021), Kadin Indonesia ini mengatakan bahwa Indonesia bisa belajar dari Tiongkok yang dengan sangat cepat mengurangi angka kemiskinan sekaligus menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia.
"Apa kesamaan antara Indonesia dan Tiongkok? Yang pasti jumlah penduduk besar, Tiongkok nomor 1 kita nomor 4 di dunia. Kemudian tahapan sebagai sesama negara Asia, kita melalui tahapan pernah melalui kategori negara miskin, kemudian kategori menengah, dan saat ini kalau saya lihat Tiongkok pergerakannya sangat cepat," ujarnya pada Forum Dialog HUT 83 Sinar Mas: Economic Outlook 2022 di Jakarta, pada hari Rabu.
Bambang juga berpendapat bahwa Tiongkok memiliki sejumlah resep dalam mengatasi kemiskinan dan mengembangkan ekonominya meski berwilayah luas dan memiliki populasi yang sangat besar.
"Pertama tentunya pendekatan teknologi dan produktivitas. Salah satu buktinya, Tiongkok bisa menggunakan 8% tanah subur di dunia, tanahnya dia, untuk menghidupi 22% populasi dunia, yaitu penduduk Tiongkok sendiri," ujar dia.
Tak hanya dalam produksi, menurut Bambang, IPTEK juga sangat dimanfaatkan Tiongkok dalam mengatasi kemiskinan. Pola yang dilakukan Tiongkok yaitu kekuasaan dipimpin administrasi lokal dengan karakteristik perencanaan pemerintah dan implementasi kebijakan.
“Jadi, tetap harus ada mekanismenya, harus ada kepemimpinan dari administrasi lokal. Tidak hanya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pemda juga memahami setidaknya mendapatkan briefing pentingnya peranan teknologi digital dalam pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan UMKM,” ungkap dia.
Alhasil, kata Bambang, mengentaskan kemiskinan perlu mengikutsertakan peran digitalisasi. Soalnya, digitalisasi tidak menciptakan problem ekonomi tersendiri.
"Yang paling penting adalah, mereka melakukannya bukan dengan praktik yang biasa, tapi ada inovasi pola bisnis. Inovasi pola bisnis yang clear yaitu keterlibatan teknologi, khususnya teknologi digital," pungkas Bambang. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement