Lama Baca 2 Menit

Kurang Dari Sebulan, Beijing Lakukan Tes COVID-19 Pada 11 Juta Penduduk

07 July 2020, 15:01 WIB

Kurang Dari Sebulan, Beijing Lakukan Tes COVID-19 Pada 11 Juta Penduduk-Image-1

Seorang Anak Menjalani Tes COVID-19 Massal di Beijing - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Beijing, Bolong.id - Setelah kampanye upaya pencegahan pandemi besar-besaran dilakukan di Beijing selama beberapa minggu terakhir ini, para pejabat Beijing mengatakan bahwa sekarang, wabah COVID-19 lokal telah aman terkendali.

Wabah gelombang kedua yang dialami Beijing berasal dari pasar Xinfadi (北京新发地农产品批发市场), yang merupakan pasar makanan grosir terbesar Beijing. Sejak awal Juni 2020 lalu telah menghasilkan setidaknya 334 kasus COVID-19 terkonfirmasi yang berkaitan dengan pasar tersebut. Hal tersebut menandai lonjakan kasus COVID-19 terbesar di Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir.

Sebagai tanggapan atas terjadinya lonjakan kasus tersebut, pejabat kota Beijing memberlakukan kuncitara (lockdown) di banyak daerah di kota ini, sehingga untuk sementara waktu secara efektif dapat mencegah penduduknya meninggalkan ibukota Tiongkok tanpa alasan yang penting.

Sementara itu, pihak berwenang mulai melacak kasus dan melakukan tes COVID-19 kepada warganya, mulai dari yang tinggal di daerah berisiko tinggi atau sedang. Dalam waktu kurang dari sebulan, 11 juta penduduk Beijing telah menjalani tes asam nukleat.

Kabar baiknya, selama satu minggu terakhir, jumlah kasus virus corona baru yang didiagnosis di Beijing telah menurun menjadi satu digit setiap harinya. Bahkan, hanya satu kasus baru yang dikonfirmasi pada hari Minggu (5/7/2020) lalu. Mempertimbangkan tren ini, para pejabat telah menyatakan situasi pandemi di kota tersebut “stabil” dan telah mulai melonggarkan pembatasan yang sebelumnya diberlakukan, sehingga memungkinkan sebagian besar penduduk untuk melakukan perjalanan ke luar kota lagi. Saat ini, hanya satu kawasan tempat tinggal yang masih ditetapkan sebagai daerah "berisiko tinggi" di Beijing. (*)