Beijing, Bolong.id - Pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur (770-476 SM), ahli strategi terkenal Sun Wu, juga dikenal sebagai Sun Tzu, datang menemui Raja Negara Wu, membawa serta karya besarnya "The Art of War."
Dilansir dari China.org.cn. dia menawarkan untuk membantu mengubah Negara Wu menjadi kerajaan yang lebih kuat dengan melatih pasukan yang kuat untuk itu.
Raja tidak begitu yakin dan bertanya, "Bisakah kamu mencoba metodemu dengan pasukan kecil?"
"Ya," jawab Sun Wu.
"Dan mencobanya pada beberapa wanita?"
"Mengapa tidak?"
Kemudian Raja memanggil seratus delapan puluh pengiring pengantin dan memerintahkan Sun Wu untuk melatih mereka.
Sun Wu mengatur para wanita muda menjadi dua tim, dan menunjuk dua pemimpin untuk masing-masing tim. Setiap orang diberi senjata dan berdiri dalam barisan.
Sun Wu bertanya kepada para wanita itu, "Apakah kalian tahu cara berbaris maju, mundur, ke kiri dan ke kanan?"
"Ya, kami tahu," jawab mereka.
Meskipun demikian, Sun Wu menjelaskan kepada mereka dengan sangat rinci bagaimana berbaris ke empat arah. Dia juga berkali-kali memberi tahu mereka bahwa mereka harus mematuhi perintah dan menjelaskan alasannya.
Kemudian, Sun Wu menabuh genderang dan memerintahkan tentara berbaris ke kanan.
Hasilnya begini: Wanita muda yang belum pernah menerima pelatihan militer itu, tidak bertindak seperti yang dia perintahkan. Sebaliknya, mereka tertawa terkikik.
Sun Wu tidak menyalahkan mereka, tetapi berkata dengan serius, "Itu salah jenderal, jika tidak bisa memberi perintah dengan jelas."
Maksudnya, salah komandan, yakni dua komandan wanita pada masing-masing kelompok.
Dia kemudian mengulangi beberapa kali perintah yang sama.
Sekarang, dia menabuh genderang dan memberi perintah untuk berbaris ke kiri.
Para wanita masih terkikik. Sama seperti tadi. Kali ini, Sun Wu berkata lebih serius,
"Sekarang perintahnya sudah jelas, Jadi itu kesalahan para pemimpin untuk tidak mematuhinya!"
Sun Wu memerintahkan untuk memenggal kedua pemimpin itu.
Raja yang menonton pelatihan sepanjang waktu terkejut, Lalu, segera mengirim seseorang untuk memohon belas kasihan Sun Wu bagi kedua selirnya yang akan dipenggal. Ternyata dua wanita itu selir Raja.
Tapi Sun Wu menolak permohonan itu. Atas desakannya, kedua pemimpin tim dieksekusi. Dipenggal kepala m,ereka. Keduanya mati di tempat. Lalu mayatnya disingkirkan.
Suasana di lapangan kini berubah mencekam. Masih ada darah berserak di tanah. Semua orang diam membisu.
Sun Wu menunjuk dua pemimpin tim baru dan melanjutkan pelatihan.
Hasilnya: Semua orang menjadi sangat serius dan bertindak dengan benar melaksanakan perintah Sun Wu. Pasukan berbaris rapi. Melaksanakan semua perintah dengan sangat cepat. Bahkan, lebih sigap dibanding tentara pria.
Sejak saat itu, pasukan negara Wu dilatih oleh Sun Wu dan menjadi semakin kuat.
Dari kejadian itu, di Tiongkok muncullah ungkapan三令五申 "Mengulangi perintah berkali-kali."(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement