Lama Baca 3 Menit

'Kartu Tiongkok' dalam Pidato Trump Belum Pengaruhi Pemilih

29 August 2020, 17:46 WIB

'Kartu Tiongkok' dalam Pidato Trump Belum Pengaruhi Pemilih-Image-1

Presiden AS, Donald Trump - Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Amerika Serikat, Bolong.id – Dilansir Global Times, dengan menyebut COVID-19 sebagai "virus Tiongkok", Trump memainkan permainan yang mengalihkan perhatian dari kegagalan pemerintahannya dalam menangani COVID-19 dan ekonomi AS yang lesu.

Sementara pada saat yang bersamaan, Trump menggembar-gemborkan realitas dengan memutar retorika tentang pencapaian pribadinya. 

Presiden Donald Trump menyampaikan pidato pencalonan Partai Republik untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua pada Kamis (27/8/20) waktu setempat, satu minggu setelah Joe Biden menerima pencalonan Partai Demokrat. Hal ini menandai pembukaan "resmi" pemilu AS November mendatang. 

Dalam pidatonya, Trump berbicara kepada lebih dari seribu orang di Taman Selatan Gedung Putih, yang sebagian besar audiensnya tersebut tak bermasker. 

Pada saat itu, Trump menyebut “Tiongkok” lebih dari 10 kali, termasuk menyebut COVID-19 sebagai "virus Tiongkok", menggembar-gemborkan upayanya untuk menahan Tiongkok dan mengklaim Tiongkok ingin Biden menang. 

Sebagai perbandingan, Biden hanya menyebut Tiongkok satu kali dalam pidatonya pekan lalu. 

Para ahli mengatakan kepada Global Times Jumat (28/8/20), memainkan "kartu Tiongkok" adalah taktik usang yang juga digunakan Trump empat tahun lalu dalam kampanye pemilihan pertamanya. Pada kenyataannya, memusuhi Tiongkok adalah caranya menciptakan musuh dalam upaya untuk menang. 

Meski Trump terus membuntuti Biden dengan rata-rata 7,7% dalam voting, namun hingga 24 Agustus lalu, Biden masih unggul dengan rata-rata 10%. 

"Jika Biden memimpin lebih dari 10 persen setelah debat pada 22 Oktober mendatang, hampir bisa dipastikan dia akan mengalahkan Trump. Jika selisihnya di bawah 5 persen, Trump masih memiliki peluang untuk dipilih kembali," kata seorang pengamat. (*)