Khayalan pasien skizofrenia - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang sangatlah serius dan dapat melumpuhkan penderitanya, karena menempatkan beban berat pada keluarga pasien. Namun, diagnosis klinis skizofrenia hanya berdasarkan pada pengalaman intuitif dokter, sehingga kuranglah efektif. Biomarker kuantitatif yang efektif dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan perawatan individual. Dalam beberapa tahun terakhir, dengan perkembangan teknologi scanning otak, telah memungkinkan manusia untuk secara kuantitatif mengukur struktur otak dan aktivitasnya, serta secara luas digunakan di rumah sakit di semua tingkat, tetapi tetap masih ada kekurangan diagnosis dan evaluasi kemanjuran untuk semua penyakit mental seperti skizofrenia ini.
Untuk memecahkan hambatan besar ini, Liu Bing dan Jiang Tianzai dari Pusat Penelitian Kelompok Jaringan Otak di Institut Otomasi, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, memimpin tim peneliti untuk bersama-sama membentuk kerangka kerja penelitian untuk penyakit kejiwaan, berdasarkan multi-level multi-omics. Untuk pertama kalinya menemukan dan memverifikasi bahwa disfungsi sirkuit striatum pada otak adalah biomarker yang efektif untuk diagnosis dan pengobatan skizofrenia.
Penelitian ini secara inovatif mengusulkan konsep fungsi striatum abnormal untuk mengevaluasi individu dan menganalisis mekanisme disfungsi patologis striatum pada pasien penderita skizofrenia. Berdasarkan sampel besar skizofrenia neuroimaging dan database multi-omics, tim peneliti menggunakan pemodelan data untuk mengungkap aspek klinis potensial dari neuroimaging baru ini, hasilnya adalah diagnosis akurat. Nilai transformasi juga penting untuk memahami patologi penyakit mental yang kompleks seperti skizofrenia ini.
Dengan mendekode data neuroimaging dimensi tinggi pada pasien dengan skizofrenia, tim peneliti menemukan bahwa penurunan fungsi striatum dapat digunakan sebagai indeks kuantitatif biologis baru, yang secara akurat dapat membedakan pasien skizofrenia dari orang sehat dan memprediksi pengobatan antipsikotik pasien di masa depan. Tidak hanya itu, tim peneliti juga menemukan bahwa, indeks reflektif dapat memberikan dasar biologis yang penting untuk membantu dokter dalam memilih mekanisme obat antipsikotik yang berbeda. Berdasarkan data dari banyak rumah sakit atau departemen psikiatri domestik dan set data neuroimaging publik lainnya, para peneliti memverifikasi bahwa indikator ini dapat diperluas ke berbagai daerah, mesin resonansi magnetik yang berbeda, dan bahkan ras yang berbeda. Selanjutnya, tim peneliti menggabungkan data ekspresi gen untuk memberikan target baru yang mungkin berguna untuk analisis mekanisme penyakit dan pengembangan obat baru. Penelitian ini menyediakan kerangka kerja penelitian baru untuk penyakit kejiwaan dan dapat mempromosikan neuroimaging sebagai alat klinis yang efektif di bidang psikiatri di masa depan.
Advertisement