Temuan Ilmuwan Tiongkok Bantu Prediksi Tahun-Tahun Alzheimer - Image from VCG
Tiongkok, Bolong.id - Peneliti Tiongkok menemukan biomarker penyakit Alzheimer untuk pertama kalinya di dunia. Itu memungkinkan memprediksi penyakit tersebut hingga tujuh tahun sebelum muncul gejala.
Itu jadi peletakkan dasar untuk intervensi awal dengan latar belakang 10 juta pasien Alzheimer Tiongkok yang menduduki peringkat teratas di daftar dunia.
Protein sinaptik neuro-exosomal darah dapat digunakan sebagai penanda biologis untuk memprediksi penyakit Alzheimer. Tingkat akurasinya sekitar 87 persen hingga 89 persen, demikian Science and Technology Daily melaporkan pada Kamis (13/8/20).
Penemuan ini dibuat tim pimpinan Profesor Jia Jianping (贾建平) dari Xuanwu Hospital Capital Medical University yang berbasis di Beijing. Itu dirilis di majalah Alzheimer & Demensia, berjudul "Protein sinaptik neuro-eksosomal darah memprediksi penyakit Alzheimer pada tahap tanpa gejala."
Penelitian telah berlangsung selama 10 tahun saat tim secara acak mengunjungi orang-orang dengan fungsi kognitif normal selama lima hingga tujuh tahun, yang melibatkan 739 subjek.
Mereka menyimpulkan bahwa protein sinaptik neuro-exosomal darah dapat digunakan sebagai penanda biologis untuk memprediksi penyakit Alzheimer dan gejala gangguan kognitif ringan hingga tujuh tahun sebelum dampaknya menjadi lebih serius.
Jia mengatakan kepada media bahwa temuan tersebut telah membantu mendapatkan waktu untuk penemuan awal penyakit tersebut, menambah efisiensi pengobatan dan dengan demikian mengurangi jumlah kasus.
Tiongkok memiliki jumlah pasien penyakit Alzheimer terbesar di dunia dan tingkat pertumbuhan tercepat. Jumlah pasien lebih dari 10 juta dan diperkirakan mencapai 40 juta pada 2050, menurut data dari laporan pertama Tiongkok tentang situasi hidup pasien penyakit Alzheimer, yang dirilis pada Januari 2020.
Penyakit Alzheimer adalah salah satu penyakit paling menonjol yang memengaruhi kesehatan dan kualitas hidup manula, tetapi masih belum ada obat yang efektif untuk itu, dan banyak obat potensial gagal karena kebanyakan pasien di masa-masa akhir kehidupan mereka. Pencegahan dini penyakit dapat menunda gejala, menurut Science and Technology Daily. (*)
Advertisement