Lama Baca 3 Menit

Krugman: AS Harus Tetap Lawan China Jika Biden Menang

29 September 2020, 12:15 WIB

Krugman: AS Harus Tetap Lawan China Jika Biden Menang-Image-1

Presiden AS Donald Trump bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping (6/4/17) - Image from Reuters

Brasilia, Bolong.id - Kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden harus tetap keras terhadap Tiongkok, jika dia menang. Tetapi juga harus lebih fokus pada kebijakan industri, daripada tarif perdagangan. Demikian kata ekonom pemenang hadiah Nobel, Paul Krugman.

Krugman mengatakan, perselisihan AS dengan Huawei, yang operasinya di AS telah dibatasi oleh Washington, akan tetap menjadi isu rebutan antara kedua kekuatan kandidat tersebut. (Biden dan Trump).

“Situasi AS-Tiongkok rumit. Di satu sisi, AS memiliki keluhan yang sungguh-sungguh; di sisi lain, hanya ada sedikit dukungan untuk perang dagang Trump," kata Krugman dalam wawancara melalui email dengan Reuters.

“Jadi yang seharusnya dilakukan Biden adalah terus menghadapi Tiongkok, tetapi dengan cara yang berbeda. Lebih fokus pada kebijakan industri dan ajak negara lain untuk bergabung dalam upaya tersebut, ”katanya.

Jika Donald Trump terpilih kembali, hubungan antara kedua negara akan "sangat buruk," kata Krugman

Pemerintahan Trump memberlakukan tarif yang mengejutkan pada lebih dari USD 370 miliar (Rp5,5 ribu triliun) barang-barang Tiongkok pada 2018 dan 2019, dengan alasan Tiongkok mencuri kekayaan intelektual dan memaksa perusahaan-perusahaan AS untuk mentransfer teknologi untuk akses ke pasar Tiongkok.

Tiongkok memberlakukan tarif pembalasannya sendiri.

Mengenai ekonomi AS, Krugman mengatakan tantangan terbesar selain ketidakpastian jangka pendek yang dipicu oleh pandemi COVID-19 adalah perubahan struktural dalam permintaan tenaga kerja, dan stagnasi sekuler.

“Kami masih memiliki tabungan yang melebihi permintaan investasi, sehingga suku bunga rendah dan kemampuan terbatas untuk merespon perlambatan,” katanya, seraya menambahkan bahwa ini harus dipenuhi dengan investasi infrastruktur.

Krugman juga mengatakan khawatir dengan situasi fiskal di negara berkembang, terutama Turki. Dia mengatakan kemampuan tumbuh dari banyak negara pasar berkembang untuk meminjam dalam mata uang lokal, daripada dolar, telah memudahkan akses ke kredit.

“Tetapi negara-negara berkembang masih memiliki ruang fiskal yang jauh lebih sedikit dibandingkan negara-negara kaya, pada saat pengeluaran defisit sangat penting,” katanya.

Krugman juga mengatakan jalur hubungan AS-Amerika Latin di tahun-tahun mendatang tidak jelas, tetapi menyarankan kawasan itu akan tetap rendah dalam agenda Washington terlepas dari hasil pada 3 November 2020, seperti dilansir dari Reuters. (*)