Lama Baca 3 Menit

Perkembangan Ekonomi Tiongkok di Tengah Krisis Pandemi Dunia

10 February 2021, 10:00 WIB

Perkembangan Ekonomi Tiongkok di Tengah Krisis Pandemi Dunia-Image-1

Bendera Tiongkok - Image from Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silahkan hubungi kami.

Jakarta, Bolong.id - Tahun 2020 adalah tahun yang sulit dan juga tonggak dalam proses pembangunan Tiongkok. Situasi dunia menjadi tidak stabil dan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Xi Jinping sebagai pemimpin mengarahkan 1,4 milyar rakyat Tiongkok untuk bersatu melawan pandemi.

Tiongkok adalah negara pertama keluar dari kabut pandemi, negara pertama yang melanjutkan kembali pekerjaan dan produksi, negara pertama yang sanggup memulihkan ekonomi, sehingga mencapai hasil signifikan dalam mengkoordinasikan pencegahan dan pengendalian pandemi serta perkembangan ekonomi dan sosial. 

Ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 2,3% selama tahun 2020. Ada 11,86 juta pekerjaan perkotaan baru yang diciptakan sepanjang tahun. PDB Tiongkok pertama kali dalam sejarah melampaui ambang batas 100 triliun yuan atau sekitar 14,7 triliun USD. Setelah 8 tahun untuk terus berjuang, hampir 100 juta orang miskin pedesaan telah terangkat dari kemiskinan, semua 832 kabupaten miskin yang terdaftar di Tiongkok mampu melepaskan diri dari kemiskinan. 

Tiongkok mencapai prestasi sejarah dalam pengentasan kemiskinan dan menjadi satu-satunya ekonomi utama yang melaporkan pertumbuhan ekonomi positif, dan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan lebih tinggi dari 30%. 

Tahun 2021 adalah tahun pertama Tiongkok menerapkan Rencana Lima Tahun ke-14, dan memulai perjalanan baru membangun negara sosialis modern secara menyeluruh. Perkembangan ekonomi Tiongkok dan upaya rakyat Tiongkok untuk mendapatkan kehidupan lebih baik akan menghasilkan lebih banyak permintaan terhadap produk, teknologi, dan layanan dari seluruh dunia yang lebih beragam dan berkualitas tinggi. 

Akumulasi impor barang Tiongkok hingga 10 tahun ke depan diperkirakan akan melebihi 22 triliun USD. Ini akan menawarkan peluang pasar dan kerjasama bagi berbagai negara dunia termasuk Indonesia. (*)

Agi Widjaya/Penerjemah