Lama Baca 6 Menit

7 Fakta Terkini Terkait Vaksinasi COVID-19 di Indonesia

30 January 2021, 13:27 WIB

7 Fakta Terkini Terkait Vaksinasi COVID-19 di Indonesia-Image-1

Vaksinasi - Image from merdeka.com

Jakarta, Bolong.id - Vaksin COVID-19 tiba pertama kali di Indonesia pada Minggu (6/12/20). Program vaksinasi sudah dilakukan secara bertahap di Indonesia dan diharapkan dapat membentuk herd immunity.

Presiden Joko Widodo juga sudah disuntik vaksin Corona pada Rabu (13/1/2021). Ia menjadi orang pertama di Indonesia yang divaksin Corona.

Berikut beberapa fakta yang didapatkan seputar vaksin baru-baru ini.

1. Vaksin belum dipastikan dapat melindungi tubuh dari mutasi COVID-19

Berbagai varian mutasi virus corona yang muncul di berbagai lokasi itu, membuat para pakar kesehatan mencemaskan, vaksin corona bisa saja kehilangan keampuhannya.

Sejauh ini memang belum diteliti secara mendalam, bagaimana keampuhan vaksin corona terbaru yang dikembangkan dari mRNA dalam kasus mutasi virus.

2. Alergi serius sangat jarang ditemukan

Dikutip dari laman resmi Satgas COVID-19, hingga Rabu (20/1/2021), Komnas KIPI mengatakan ada 30 laporan KIPI yang bersifat ringan dan tidak ada reaksi serius. Tidak ada yang memerlukan perawatan intensif setelah tenaga kesehatan (nakes) mendapat vaksin COVID-19 pertama kali.

3. Efek samping vaksin COVID-19


Sebagian masyarakat masih meragukan program vaksinasi terkait dengan keamanannya. Menurut dr Muhammad Fajri Adda'I, salah seorang dokter yang telah mendapatkan vaksinasi COVID-19, reaksi setelah vaksinasi bisa berbeda-beda pada setiap orang.

"Teman nakes lain ada yang mengalami demam, nyeri, lemas, ada yang jadi merasa lapar terus, hingga ngantuk. Reaksi ini wajar dan masuk dalam kategori ringan. Kalaupun ada demam itu wajar sebagai suatu reaksi dalam pembentukan imunitas dalam tubuh," kata dr Fajri dalam Dialog Produktif yang mengangkat tema KIPI: Kenali dan Atasi, diselenggarakan oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (20/1/2021).

4. Belum diketahu pasti berapa lama vaksin dapat bertahan


Kekebalan tubuh setelah tertular virus corona atau divaksinasi adalah salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan dalam beberapa bulan terakhir.

Satu tahun setelah dimulainya pandemi, studi pertama tentang kekebalan dalam jangka menengah dan panjang telah diterbitkan.

Tidak diketahui berapa lama perlindungan vaksin terhadap Covid-19 bertahan.

Penelitian di bidang sangat terbatas karena waktu untuk mengkaji relatif singkat, begitu pula dengan waktu untuk mengembangkan vaksin.

Beberapa ilmuwan yakin kekebalan akan bertahan lebih lama, bahkan bertahun-tahun. (*)

5. Bagi Ibu hamil dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh hendak lakukan konsultasi jika ingin vaksinasi

Keduanya adalah individu dengan kelompok berisiko tinggi terpapar COVID-19 parah.

Sejauh ini, ibu hamil memang belum secara aktif diikutsertakan dalam uji klinis tahap akhir untuk vaksin Covid-19 dari produsen mana pun di dunia.

Termasuk, uji klinis tersebut belum pernah dilakukan oleh vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna di Amerika Serikat.

Namun demikian, banyak petugas kesehatan yang hamil -termasuk yang pertama menerima vaksin di AS.

Disebutkan, masing-masing dari mereka membuat keputusan pribadi dan meyakini vaksin tersebut aman untuk dirinya dan juga bayi di kandungannya.

Disarankan berkonsultasi dengan dokter jika ingin melakukan vaksinasi untuk ibu hamil dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh.

6. Meski sudah di vaksin masih mungkin terinfeksi COVID-19, Tetap terapkan 3M!

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof. DR Sri Rezeki S Hadinegoro dr SpA(K) angkat bicara. "Apakah (vaksin Covid-19) menjamin 100 persen (tidak akan terinfeksi)? Saya rasa di dunia ini tidak ada yang menjamin 100 persen," kata Prof Sri dalam keterangan pers Persetujuan Penggunaan Darurat (EUA) CoronaVac, Senin (11/1/2021).

Namun, ditegaskan Prof Sri bahwa pemberian vaksin Covid-19 ini dimaksudkan agar jika pun nanti partisipan tetap tidak bisa menghindari dari terinfeksi virus SARS-CoV-2, setidaknya pasien tidak akan mengalami kesakitan yang parah dan meminimalisir risiko kematian.

Dalam periode rentang pembentukan antibodi tubuh oleh vaksin Covid-19 Sinovac yang disuntikkan itu, masyarakat tetap haruslah menjaga diri dengan disiplin protokol kesehatan.

"Makanya penyuluhan ini penting, jangan sampai orang sekali vaksin, terus dia berpikir ini aman, lantas 3M nya tidak dia lakukan lagi, jadi sebelum vaksin kedua dia sudah tertular (terinfeksi Covid-19)," tegasnya.

7. Orang yang pernah terinfeksi COVID-19 disarankan tetap lakukan vaksinasi

Kepala konsultan imunisasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Alejandro Cravioto menjelaskan vaksinasi masih perlu bagi orang yang pernah terpapar virus corona.

"Bila Anda kebetulan tahu sudah pernah terinfeksi, kami tetap menyarankan Anda mendapat vaksin. Hanya saja sekarang kita baru mulai dengan program vaksinasi sehingga tiap negara memprioritaskan kelompok berisiko dulu," kata ahli program imunisasi WHO, Dr Kate O'Brien, seperti dikutip dari situs resmi WHO, Kamis (21/1/2021). (*)

[Lupita/Penulis]