Happy Hypoxia - Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.
Jakarta, Bolong.id – Silent hypoxemia atau yang lebih sering disebut happy hypoxia, menjadi salah satu kondisi yang misterius dari infeksi COVID-19 yang dialami pasien penderita.
Lalu, apa sebenarnya happy hypoxia itu? Apa penyebabnya? Dan bagaimana cara mencegahnya?
Pada Jumat (4/9/20), Agus Dwi Susanto, Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan, hypoxemia adalah berkurangnya kadar oksigen dalam darah, yang disertai gangguan, serta keluhan pada anggota tubuh lainnya.
Hal ini disebabkan karena adanya gangguan disfungsi atau gangguan pada vaskuler (pembuluh darah), yang membuat darah tidak teroksigenasi. Akibatnya, kandungan oksigen dalam darah menjadi rendah. Normalnya, saturasi oksigen pada orang sehat adalah 95%.
Ketika kadar oksigen dalam darah seseorang rendah pada kondisi normal, maka akan memengaruhi reseptor di dalam pembuluh darah. Kemudian reseptor tersebut akan memberikan peringatan di area saraf ke sistem saraf pusat, sehingga akan menimbulkan respons seperti sesak napas.
Agus menambahkan, saat hypoxemia atau hipoksemia terjadi, tubuh akan memberi respons fisiologi secara alami. Sementara silent hypoxemia atau happy hypoxia adalah menurunnya kadar oksigen dalam darah, tetapi tidak diikuti gejala atau keluhan pada organ tubuh lainnya.
Happy Hypoxia yang terjadi pada pasien COVID-19, yang tidak terdeteksi, bisa jadi karena adanya pengaruh dari infeksi COVID-19 itu sendiri.
Gejala Happy Hypoxia
Happy Hypoxia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah yang tidak disertai dengan keluhan atau gejala yang dirasakan oleh pasien.
Kondisi ini banyak dialami dan ditemukan pada pasien yang terinfeksi COVID-19, bahkan yang mengejutkannya, tak sedikit yang menimbulkan kematian tanpa gejala.
Pasien COVID-19 memiliki gejala yang bervariasi, dari yang tidak bergejala, ringan, sedang sampai berat, hingga kritis. Pada pasien dengan gejala sedang, umumnya memiliki gejala pneumonia atau radang paru.
Dalam kondisi normal, orang yang mengalami hipoksemia akan memiliki gejala atau keluhan sebagai berikut.
1) Sesak Napas
2) Kelelahan
3) Pusing, sakit kepala, bahkan bisa pingsan
4) Napas lebih pendek (dispnea)
5) Napas lebih cepat (takipnea)
6) Batuk
7) Percepatan detak atau denyut jantung
8) Perubahan warna kulit, menjadi biru pada ujung jari dan bibir
9) Tubuh kehilangan keseimbangan
Namun, pada pasien yang mengalami happy hypoxia, gejala fisik maupun keluhan tersebut tidak terjadi.
Cara Pencegahan Happy Hypoxia
Happy Hypoxia dapat dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini.
Deteksi dini dengan pemeriksaan kadar oksigen dapat dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, dan juga bisa dilakukan secara mandiri.
Pemeriksaan mandiri dapat dilakukan dengan alat oksimeter, yakni perangkat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen di dalam darah melalui ujung jari tangan.
Cara pendeteksian ini bisa berlaku bagi orang sehat, maupun pasien COVID-19 yang tidak memiliki gejala happy hypoxia.
Namun, pada pasien yang mengalami happy hypoxia, gejala fisik maupun keluhan tersebut tidak terjadi. (*)
Advertisement