Lama Baca 3 Menit

Apa yang Sebenarnya Terjadi di Xinjiang?

23 May 2020, 11:08 WIB

Apa yang Sebenarnya Terjadi di Xinjiang?-Image-1

Urumqi, ibu kota Xinjiang - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Pada Kamis, 21 Mei 2020, PCINU Tiongkok mengadakan diskusi online bertajuk Jejak Islam di Tiongkok yang pada hari itu khususnya membahas tentang islam di Xinjiang dan Ningxia bersama dengan M. Irfan Ilmie, Kepala LKBN ANTARA Biro Beijing. 

Tiongkok mempunyai banyak suku minoritas, dan beberapa di antaranya adalah pemeluk agama islam, misalnya suku Uyghur di Xinjiang dan suku Hui di Ningxia. Namun, yang sering publik dengar adalah adanya pembatasan dan perlakuan yang berbeda pada suku Uyghur di Xinjiang. M. Irfan Ilmie menjelaskan bahwa yang menjadi alasan dari isu tersebut adalah meskipun sama-sama berlatar belakang agama islam, tetapi suku Uyghur berbeda dengan suku Hui dan suku yang lain, karena suku Uyghur punya sejarah yang berbeda. Ia juga menambahkan perbedaan sejarah itu adalah banyaknya kejadian terorisme dan radikalisme di Xinjiang sejak 1990-an. 

Irfan menjelaskan bahwa isu Xinjiang mirip dengan isu Papua. Kedua daerah ini merupakan area terluar negara, mempunyai sumber daya yang melimpah, dan sering muncul gerakan separatis di sana. 

Pada 2018 Pemerintah Tiongkok mengklaim situasi di Xinjiang boleh dibilang aman terkendali (dari terorisme),” kata Irfan. Pada tahun ini pula ramai isu tentang Kamp Vokasi di Xinjiang yang diisukan sebagai kamp penindasan. “Pemerintah Tiongkok menyebutnya sebagai Lembaga Keterampilan Hukum, yang utama diajarkan bahasa nasional (bahasa Mandarin), dan juga ideologi, lalu keterampilan sesuai minat dan bakat,” kata Irfan memberi penjelasan tentang kebenaran kamp tersebut. 

Irfan pun membagikan pengalamannya ketika berkunjung ke kamp vokasi “Melihat, keamanannya, akses masuknya, ketat banget. Fasilitas di dalamnya, sangat bagus, mulai dari kantin yang bersih, kamar masing-masing peserta pendidikan juga bersih, sampai ruang telpon juga ada.” Ia menambahkan “Ketika saya berkunjung aman-aman saja, (orang-orang) ketika diajak berbicara mau, ketika ditanya kenapa ke sana karena kebutuhan ekonomi soalnya setelah lulus dari sana pasti dapat pekerjaan.” 

Irfan juga menyatakan bahwa ada nilai positif dari persoalan Xinjiang, yaitu bagaimana cara Tiongkok mengatasi terorisme. "Ada 28 negara mendukung Amerika untuk mengecam Tiongkok. Tetapi, terdapat 58 negara yang kebanyakan negara islam justru mendukung kebijakan Tiongkok di Xinjiang. Mereka mengatakan terorisme yang terjadi di eropa tidak pernah ada solusi, hanya dikecam saja, negara lain belum bisa memberikan solusi untuk mengatasi terorisme, kenapa mengkritik Tiongkok yang sudah terlihat output -nya?” kata Irfan memberi penjelasan.