Lama Baca 3 Menit

Anti-Tiongkok di India Semakin Gencar, Penjualan Samsung Meningkat

04 August 2020, 09:00 WIB

Anti-Tiongkok di India Semakin Gencar, Penjualan Samsung Meningkat-Image-1

Anti-Tiongkok di India Semakin Gencar, Penjualan Samsung Meningkat - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

New Delhi, Bolong.id - Samsung Electronics Co Ltd mengalami kenaikan penjualan di pasar smartphone India dengan rangkaian perangkat baru dan penjualan daringnya yang menggenjot produksi. Samsung, satu-satunya pemain non-Tiongkok utama di negara itu, mulai mendapatkan dukungan, seiring dengan lonjakan sentimen anti-Tiongkok di India menyusul bentrokan perbatasan pada bulan Juni 2020 lalu.

Samsung naik ke posisi nomor 2 dengan pangsa pasar 26% pada kuartal kedua, di belakang Xiaomi, yang memiliki pangsa pasar 29%. Sebelumnya, Samsung berada di posisi ketiga, dengan 16% di kuartal perta.

Setelah menjadi perusahaan smartphone terbesar kedua di dunia, Samsung kehilangan pelanggan India dari merek-merek Tiongkok, selama tiga tahun terakhir. Tetapi India masih menyumbang sekitar USD7,5 miliar (sekitar Rp110,29 triliun) dari pendapatan smartphone ritel tahunan Samsung, menurut Counterpoint, menjadikan India sebagai pasar terbesar perusahaan di luar Amerika Serikat. Samsung juga telah membangun pabrik manufaktur ponsel terbesar di dunia di pinggiran New Delhi, di mana menjadi tempat pengujian perangkat baru dan produksi untuk diekspor.

Kekuatan produksi dan kemampuan Samsung untuk mencari komponen secara internal, membantunya mendapatkan keunggulan tersendiri di tengah pandemi COVID-19. Sementara merek ponsel pintar Tiongkok Xiaomi dan Oppo mengalami masalah produksi dan penundaan perilisan produk karena wabah COVID-19, Samsung tetap dapat mengirim ponsel dengan lancar. Samsung dikabarkan tengah membangun momentum dan kini meluncurkan tujuh smartphone baru sejak bulan Juni 2020, tiga di antaranya di bawah 10.000 rupee (sekitar Rp1,96 juta) termasuk penawaran Android termurah seharga USD75 (sekitar Rp1,1 juta).

“Krisis COVID-19 mendorong orang-orang untuk menggunakan smartphone dalam segala hal, mulai dari pendidikan daring (online) hingga sistem pembayaran digital, bahkan untuk bisa terhubung dengan teman-teman melalui panggilan video. Itulah sebabnya ponsel ini berfokus pada pasar massal," ungkap pengamat strategi Samsung di India, dilansir dari Reuters. (*)