Lama Baca 3 Menit

Trump Sangkal Kalau Perjanjian Dagang AS-Tiongkok Sudah Berakhir

23 June 2020, 12:21 WIB

Trump Sangkal Kalau Perjanjian Dagang AS-Tiongkok Sudah Berakhir-Image-1

Trump Sangkal Perjanjian Dagang AS-Tiongkok Telah Berakhir - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan cepat menenangkan kekhawatiran pasar saham, setelah penasihat perdagangan Peter Navarro mulai meragukan masa depan dari perjanjian perdagangan Washington dengan Beijing.

Navarro, dalam wawancaranya pada hari Senin (22/6/2020) dengan Fox News, mengatakan bahwa ketidakpuasan terhadap Tiongkok, atas cara mereka melaporkan penyebaran virus corona, menimbulkan gangguan politik dan ekonomi dengan AS. Pewawancara kemudian menyinggung upaya Trump untuk membuat kemajuan dalam kesepakatan perdagangan dengan Tiongkok, dan bertanya kepada Navarro, "Apakah kesepakatan tersebut sudah berakhir?", Navarro kemudian menjawab, "Sudah berakhir," katanya, sebelum akhirnya menggambarkan bagaimana upaya Tiongkok dalam menekan informasi tentang COVID-19 di seluruh dunia. Pasar saham kini jatuh hampir 400 poin setelah muncul laporan tersebut. Navarro kemudian dengan cepat mengatakan bahwa informasi tersebut tidaklah benar, ia menjelaskan bahwa kata-kata yang diucapkannya "sangat tidak sesuai dengan konteks".

“Tidak ada hubungannya sama sekali dengan kesepakatan perdagangan Fase I, yang terus berlangsung hingga kini," ungkap Navarro kepada CNN, "Saya hanya berbicara tentang kurangnya kepercayaan yang sekarang kita miliki kepada Partai Komunis Tiongkok, setelah mereka berbohong tentang asal-usul virus dari Tiongkok itu (COVID-19)."

Trump kemudian mengunggah sebuah cuitan di akun twitternya, menyatakan bahwa kesepakatan perdagangan tersebut masih berlaku, "Kesepakatan Perdagangan Tiongkok masih sepenuhnya berlaku. Semoga mereka bisa terus memenuhi ketentuan Perjanjian yang sudah kita semua sepakati!”

Pejabat Gedung Putih sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah AS sangat kecewa dengan kegagalan Tiongkok dalam menginformasikan WHO, sejak awal tentang munculnya virus mematikan yang sekarang telah menginfeksi lebih dari 9 juta orang di seluruh dunia ini. Namun, kesepakatan perdagangan juga merupakan bagian yang penting dalam pilpres di AS nanti.