Ekspor-Impor Tiongkok - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Beijing, Bolong.id – Ekspor Tiongkok berhasil naik sebesar 1,4% pada bulan Mei 2020, di tengah tekanan pandemi COVID-19 dan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok (中国海关总署), pada hari Minggu (7/6/2020) lalu, merilis data yang menunjukkan bahwa ekspor di Tiongkok meningkat sebesar 1,4% YoY di bulan Mei 2020, tetapi impor Tiongkok pada Mei malah turun sebesar 12,7%. Namun akumulasi selama bulan Januari-Mei 2020 menunjukkan adanya volume perdagangan luar negeri Tiongkok yang turun sebesar 4,9% YoY dengan total 11,54 triliun yuan (sekitar 22,6 ribu triliun rupiah). Dalam periode yang sama juga tercatat nilai ekspor Tiongkok turun menjadi 4,7%, dalam skala tahunan itu sebesar 6,2 triliun (setara dengan 12.156 triliun rupiah) yuan dan impornya turun 5,2% menjadi 5,34 triliun yuan (sekitar 10.465 triliun rupiah).
Melansir chinadaily.com.cn, para ahli menilai bahwa pemulihan ekspor Tiongkok dalam dua bulan terakhir didorong oleh melonjaknya permintaan (demand) teknologi "otomatisasi data", produk tekstil dan plastik, masker wajah dan alat-alat kesehatan. Zhang Yongjun (张永军), seorang peneliti dari Pusat Pertukaran Ekonomi Internasional Tiongkok (中国国际经济交流中心), mengatakan bahwa permintaan pasar global untuk ventilator, masker wajah, APD, alat tes COVID-19 adalah kontributor utama dalam peningkatan ekspor barang elektromekanis, tekstil, dan plastik Tiongkok selama tiga bulan terakhir ini. “Karena, sejumlah besar sektor ekonomi telah kembali berproduksi dan menjual jasa kembali, maka dari itu, tingkat ekspor barang-barang industri dan material Tiongkok diperkirakan akan berangsur pulih,” ujar Cai Jin (蔡进), Wakil Presiden Federasi Logistik dan Pembelian Tiongkok (中国物流与采购联合会副会长) .
Dalam lima bulan pertama tahun 2020 ini, perdagangan luar negeri Tiongkok dengan negara-negara di ASEAN juga meningkat, sedangkan dengan Uni Eropa dan AS malah menurun. Hal itu menyebabkan surplus perdagangan Tiongkok meninggi pada bulan Mei 2020 lalu, mencapai 62,93 miliar dolar AS (874 triliun rupiah). Surplus perdagangan antara Tiongkok dengan AS sendiri tercatat naik pada Mei 2020 lalu, mencapai 27,89 miliar dolar AS (387 triliun rupiah), di tengah ketegangan perang dagang yang terjadi, dan janji Tiongkok untuk meningkatkan pembelian produk-produk AS, mengingat akan kesepakatan dagang Fase I Tiongkok-AS pada awal tahun 2020 ini. Reuters melaporkan pada hari Senin (1/6/2020) bahwa pemerintah Tiongkok akan menghentikan impor kedelai dan daging babi, serta seluruh produk pertanian dari AS, sebagai tanggapan atas kebijakan AS dalam penghapusan status khusus Hong Kong. Di mana selama ini Hong Kong merupakan gerbang utama bagi Tiongkok untuk mengakses seluruh dunia saat melakukan kegiatan ekspor-impor.
Menanggapi hal ini, Zhang Yi (张艺), Kepala Ekonom di Zhonghai Shengrong Capital Management (中海盛荣资本管理有限公司首席经济学家) menggambarkan bahwa, meskipun kinerja ekspor melebihi ekspektasi, ekspor di masa depan nanti pada dasarnya akan menimbulkan pertumbuhan negatif, tapi Tiongkok tidak perlu pesimis, karena seharusnya hanya akan berada dalam kisaran -10% saja. Untuk sektor impor, Tiongkok hanya akan mengikuti ketidakpastian yang sedang terjadi sekarang, tergantung pada apakah nantinya ada pemulihan permintaan pasar domestik dan implementasi perjanjian Fase I antara Tiongkok dan AS atau tidak.
Advertisement