Rambut rontok - Image from Pixabay
Beijing, Bolong.id - Rambut rontok menimpa banyak orang di Tiongkok, terutama di kalangan milenial. Survei Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok menunjukkan, satu dari enam orang, atau lebih dari 250 juta orang, menderita ini.
Menurut survei, pria berusia 20 hingga 40 tahun adalah kelompok utama yang mengalami masalah tersebut.
Meningkatnya jumlah orang yang menderita kerontokan rambut telah memicu lonjakan pasar wig dan transplantasi rambut.
Menurut pemilik salah satu toko wig, proporsi konsumen muda yang mengunjungi toko tersebut telah meningkat dari 10 persen menjadi 25-30 persen sekarang, China Central Television (CCTV) melaporkan.
Proporsi konsumen muda yang mengunjungi toko wig telah meningkat dari 10 persen menjadi 25-30 persen, kata pemilik toko tersebut - Image from CCTV
Berbeda dengan konsumen lansia, konsumen muda lebih mementingkan penampilan. Dan mereka lebih suka memilih produk seperti hiasan rambut untuk menciptakan tampilan yang lebih alami.
Konsumen muda lebih menyukai produk seperti hiasan rambut untuk menciptakan tampilan yang lebih alami - Image from CCTV
Untuk menyelamatkan garis rambut yang surut, banyak orang beralih ke operasi transplantasi rambut. Sekitar 57,4 persen konsumen yang melakukan pengobatan adalah orang yang lahir pasca 1990, ungkap survei tersebut.
Statistik menunjukkan, nilai pasar transplantasi rambut di Tiongkok melonjak dari CNY 5,7 miliar (USD 868 juta atau Rp12,2 triliun) menjadi CNY 16,3 miliar (Rp13,5 triliun). Pada tahun 2020, pasar akan melebihi CNY 20 miliar (Rp43,1 triliun).
Namun, operasi transplantasi rambut masih mahal bagi banyak anak muda, dan harganya bervariasi dari ribuan hingga puluhan ribu yuan. Namun, banyak yang mengatakan harganya sepadan jika hasilnya bagus.
Kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu siklus pertumbuhan normal rambut, kata dokter kulit Peking University First Hospital Yang Shuxia. - Image from VCG
Jadi, apa penyebab utama munculnya ruam pada garis rambut yang menyusut pada pria di bawah 40 tahun?
Dalam sebuah wawancara dengan dokter kulit Peking University First Hospital, Yang Shuxia, ia mencatat bahwa "kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu siklus pertumbuhan normal rambut."
Namun, dia menyarankan agar masyarakat tidak perlu panik dengan rambut rontok. Sebaliknya, dia mendesak orang untuk mencoba memerhatikan perubahan signifikan mereka dalam beberapa bulan terakhir seperti mengalami kecemasan terus-menerus, demam, rutinitas harian yang tidak teratur atau penurunan berat badan yang cepat, dan kemudian menunggu selama tiga bulan untuk melihat apakah gejala tersebut hilang.
Ia juga menjelaskan bahwa tidak semua jenis rambut rontok itu sama. Pola rambut rontok, misalnya, bisa diturunkan, sedangkan alopecia disebabkan oleh masalah pada sistem kekebalan tubuh. (*)
Advertisement