Lama Baca 6 Menit

Uji Coba Vaksin COVID-19 dari Inggris dan Tiongkok Menunjukkan Hasil yang Memuaskan

25 July 2020, 07:34 WIB

Uji Coba Vaksin COVID-19 dari Inggris dan Tiongkok Menunjukkan Hasil yang Memuaskan-Image-1

Ilustrasi Penelitian dari Universitas Oxford - Image from Image from BBC中文

Jakarta, Bolong.id - Dilansir BBC中文, pada 20 Juli 2020 lalu, tim peneliti vaksin COVID-19 dari Inggris dan Tiongkok menunjukkan kemajuan positif mereka dalam uji coba vaksin, yang membawa beberapa harapan bagi kemunculan awal vaksin.

Kedua tim tersebut adalah tim Universitas Oxford dan tim Chen Wei (陈薇), akademisi Akademi Teknik Tiongkok. Uji coba vaksin Universitas Oxford telah menghasilkan respons kekebalan pada semua orang yang dites tanpa efek samping yang mengkhawatirkan. Vaksin tim Chen Wei juga menunjukkan keamanan dan sebagian besar sukarelawan menunjukkan respons kekebalan.

Meskipun temuan ini sangat menggembirakan, namun masih terlalu dini untuk menilai apakah vaksin ini cukup untuk membantu manusia mencegah virus corona dan tim perlu melakukan uji coba yang lebih luas lagi.

Vaksin Universitas Oxford

Uji Coba Vaksin COVID-19 dari Inggris dan Tiongkok Menunjukkan Hasil yang Memuaskan-Image-2

Penjelasan Penelitian - Image from Image from BBC中文

Vaksin yang disebut "ChAdOx1 nCoV-19" yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca, sebuah perusahaan farmasi Inggris, telah menghasikan penemuan yang memuaskan.

Para ilmuwan secara genetika merekayasa virus yang menyebabkan simpanse masuk angin sehingga tidak menginfeksi manusia dan "terlihat" seperti virus corona, yang memungkinkan sistem kekebalan tubuh mempelajari cara menyerang virus corona dan menghasilkan antibodi terhadap sel T virus.

Saat ini, hampir semua virus corona berfokus pada antibodi, tetapi antibodi hanyalah bagian dari sistem kekebalan tubuh manusia, dan sel T sama pentingnya untuk kekebalan. Hampir semua vaksin efektif menginduksi respons sel T serta respons antibodi.

Antibodi penawar dapat menonaktifkan virus corona dan sel T adalah sel darah putih yang membantu mengoordinasikan sistem kekebalan untuk mendeteksi sel mana dalam tubuh yang telah terinfeksi dan menghancurkannya.

Tim Oxford menemukan bahwa setelah 14 hari vaksinasi, sel T pada sukarelawan memuncak dan antibodi memuncak 28 hari setelah injeksi. Hasilnya diterbitkan dalam jurnal medis top dunia Lancet pada 20 Juli 2020 lalu. Namun, durasi penelitian terbatas, tidak jelas berapa lama sel T dan antibodi ini akan bertahan dalam tubuh manusia.

Profesor Andrew Pollard, seorang anggota tim, mengatakan kepada BBC bahwa dia sangat senang melihat antibodi yang menetralkan berdampingan dengan sel T. Dia mengatakan kemajuan itu "sangat menjanjikan", tetapi "masih membutuhkan waktu" bagi semua orang untuk mengetahui apakah vaksin itu efektif dan apakah itu dapat memberikan perlindungan bagi tubuh manusia.

Studi Universitas Oxford menunjukkan bahwa 90% orang menghasilkan antibodi penawar setelah suntikan tunggal, di mana hanya 10 orang yang menerima dua suntikan dan kesepuluh orang tersebut menghasilkan antibodi penawar.

Meskipun vaksinnya aman, tetap saja ada efek sampingnya. Sebesar 70% dari mereka mengalami demam atau sakit kepala. Para peneliti mengatakan reaksi merugikan ini dapat dikontrol dengan parasetamol.

Menurut India TV News (20/7/2020), uji coba vaksin COVID-19 Universitas Oxford ini diperkirakan akan dapat segera disebar pada awal September 2020.

Vaksin Tim Chen Wei dari CanSinoBIO Tiongkok

Uji Coba Vaksin COVID-19 dari Inggris dan Tiongkok Menunjukkan Hasil yang Memuaskan-Image-3

Penjelasan hasil penelitian - Image from Image from BBC中文

Penelitian vaksin dan kemajuan pengembangan Chen Wei (陈薇), akademisi Akademi Teknik Tiongkok, juga diterbitkan di Lancet pada hari yang sama. Di antara 508 sukarelawan sehat yang menerima satu dosis vaksin, kata laporan itu, vaksin tersebut menunjukkan keamanan dan sebagian besar sukarelawan memiliki respons kekebalan.

Menurut laporan terrsebut, setelah 28 hari vaksinasi tunggal, sebesar 99,5% dari subyek menghasilkan antibodi spesifik, 95,3% dari subyek menghasilkan antibodi penawar, dan 89% dari subyek menghasilkan respon imun sel T spesifik.

Selain itu, sekitar 77% pasien mengalami demam, nyeri di tempat suntikan, dan efek samping lainnya, tetapi efek tersebut tidak terlalu serius.

Vaksin ini dikembangkan bersama oleh tim Chen Wei (陈薇) dan CanSinoBIO (康希諾生物公司). Pada 29 Juni 2020, CanSinoBIO mengeluarkan pengumuman yang menyatakan bahwa vaksin ini telah disetujui untuk digunakan dalam militer Tiongkok.

Teknologi yang digunakan oleh tim Chen Wei dan tim Universitas Oxford serupa. Mereka menggunakan adenovirus sebagai vektor untuk membawa gen virus corona ke dalam tubuh manusia untuk memicu respons kekebalan. Namun, strategi ini terbatas pada praktik di bidang sains dan belum terbukti efektif.

Naor bar Zeev, seorang ahli vaksin di Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat, mengatakan dua uji coba tersebut sangat menggembirakan, tetapi jalan di depan untuk uji coba ini masih belum pasti dan menyenangkan untuk melihat bahwa akan ada uji coba vaksin menggunakan teknologi lainnya.

Uji coba vaksin lainnya

Saat ini, bukan hanya Universitas Oxford dan Tim Chen Wei yang telah melakukan percobaan ke tahap ini. Sebuah tim di Amerika Serikat telah menerbitkan hasil yang serupa.

Moderna, perusahaan bioteknologi AS merupakan tim pertama yang mencapai terobosan dan vaksinnya dapat menghasilkan antibodi penawar. Mereka menyuntikkan sukarelawan dengan RNA dari virus corona baru, kode genetik dari virus corona baru, yang membuat protein virus dari RNA untuk memicu respons kekebalan.

Kemajuan positif juga telah dibuat dalam vaksin RNA dari perusahaan biotek Jerman dan Pfizer, sebuah perusahaan farmasi Amerika.

Selain itu, lebih banyak tim telah membuat beberapa prestasi dengan cara tradisional. Saat ini, sebanyak 23 vaksin telah memasuki tahap uji klinis dan sebanyak 140 vaksin lainnya sedang dalam tahap awal penelitian dan pengembangan. (*)