perusahaan wisata global - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Pandemi pada industri pariwisata telah berdampak secara global. Berbagai bidang industri seperti akomodasi perjalanan, katering dan hiburan juga telah terpengaruh. Hingga secara perlahan beberapa perusahaan pariwisata pun terpaksa “gulung tikar”.
Pada awal Maret 2020, Japan Kobe Luminous Cruise Company ( 日本神户夜光邮轮公司) mengumumkan bahwa mereka mengajukan permohonan kebangkrutan. Perusahaan ini merupakan perusahaan pelayaran pertama yang mengumumkan kebangkrutan mereka sejak merebaknya COVID-19. Karena situasi pandemi, grup wisata Hamburg China Travel Co, Ltd, Jerman ( 德国汉堡中国之旅有限公司), dibatalkan satu demi satu. Perusahaan ini kemudian mengajukan permohonan ke pengadilan untuk perlindungan kebangkrutan pada tanggal 21 Februari 2020.
Airbnb, platform homestay terbesar di dunia, mengumumkan pada akhir Maret 2020 bahwa ia akan menangguhkan semua kegiatan pemasaran. Hotel tua Jepang berusia 64 tahun "Fujimizuno" ( “富士见庄”) juga harus menyatakan kebangkrutan mereka, karena penurunan jumlah wisatawan yang tajam. Tingkat kekosongan hotel di Korea Selatan pun melebihi 90% pada bulan Maret. Menurut data dari Asosiasi Industri Hotel Korea ( 韩国酒店行业协会) , kerugian 44 hotel Korea Selatan tahun ini telah mencapai 83,5 miliar Won, atau sekitar 1 kuadriliun Rupiah.
Stagnasi pariwisata juga membuat transportasi menjadi sangat sepi. Beberapa bus wisata lintas batas di Singapura mengalami penurunan tingkat penumpang dari 75% menjadi 20%. Liburan musim semi yang tadinya sibuk, sekarang hanya menjumpai sedikit saja wisatawan. Selama liburan May Day, jumlah penumpang Shinkansen di Jepang berada di bawah 10%, dan beberapa rute bahkan terlihat kosong.
Advertisement