Lama Baca 4 Menit

Ngeri... Inggris Akan Uji Vaksin, Lalu Relawan Sengaja Ditulari COVId-19

23 October 2020, 13:13 WIB



Ngeri... Inggris Akan Uji Vaksin, Lalu Relawan Sengaja Ditulari COVId-19-Image-1

Vaksin - Image from Global Times

Beijing, Bolong.id - Setelah kegagalan "herd-immunity" yang menyebabkan jumlah kasus COVID-19 melonjak, Inggris akan meluncurkan beberapa uji coba vaksin pada manusia yang dikenal sebagai uji tantangan mempercepat penemuan vaksin COVID-19. Pakar Tiongkok percaya, itu "mempertaruhkan nyawa manusia" dan "tidak etik".

Menurut media Imperial College, sekelompok peneliti Inggris mengatakan pada Selasa (20/10/20) bahwa mereka akan menguji vaksin kepada 90 relawan muda. Inggris menjadi yang pertama di dunia yang mengumumkan rencana penggunaan teknik tersebut setelah pemerintah negara itu menyetujui.

Para sukarelawan akan divaksinasi, lalu sengaja dipaparkan COVID-19. Demi menguji vaksin di lingkungan yang terkendali. Demikian dilansir dari CGTN, Kamis (22/10/2020). 

Meskipun beberapa ahli medis memandangnya sebagai hal yang dipertanyakan secara etis, manfaat dari uji coba ini adalah bahwa mereka dapat menentukan kemanjuran vaksin dengan sangat cepat (sekitar dua bulan), jauh lebih cepat daripada studi tahap akhir biasa, lapor media.

Namun, uji coba tersebut telah memicu pertanyaan publik yang sangat besar.

Wakil Kepala Petugas Medis Inggris Profesor Jonathan Van-Tam memperingatkan bahwa uji coba mungkin tidak terlalu berhasil. Dia mencatat bahwa upaya sebelumnya untuk menemukan vaksin terbukti sulit dipahami.

Sekelompok netizen Inggris mengungkapkan kekhawatiran dan kemarahan mereka di Twitter.

"Saya pikir itu tindakan tidak bertanggung jawab untuk mengklaim itu pendekatan yang menjanjikan ... kemungkinan akan membunuh sukarelawan!" tulis seorang netizen.

Pemerintah Inggris "mempertaruhkan kesehatan dan bahkan nyawa para sukarelawan," kata para ahli medis.

Zhai Xiaomei, seorang ahli bioetika dan kebijakan kesehatan yang berbasis di Beijing, yang juga direktur eksekutif Akademi Ilmu Kedokteran Tiongkok, mengatakan bahwa sekarang ini sudah bukan waktunya untuk melakukan eksperimen, karena hanya ada sedikit informasi tentang bahaya virus corona dan eksperimen ini menantang dalam hal etika.

Zhai mengatakan bahwa indikator dasar yang penting untuk melakukan jenis eksperimen ini secara internasional adalah bahwa penyakit tersebut harus sudah dipahami dengan baik dan pengobatan yang efektif sudah tersedia. Namun, virus corona cukup unik, dan tidak ada obat khusus, sehingga keselamatan relawan tidak dapat dijamin. Dia berkata bahwa risikonya terlalu besar. 

Yang Zhanqiu, wakil direktur Departemen Biologi Patogen di Universitas Wuhan, mengatakan bahwa "Keuntungan dari jenis percobaan ini adalah sangat efisien dan antibodi dalam tubuh penerima dapat bertahan lebih lama."

Tetapi dia menunjukkan bahwa percobaan tersebut memiliki risiko yang tidak dimiliki oleh uji coba vaksin lainnya, seperti menyebabkan kerusakan fisik yang tidak dapat dipulihkan pada para sukarelawan, meningkatkan risiko infeksi dan kematian. 

Hingga Kamis malam, kasus COVID-19 yang dikonfirmasi mencapai 792.203 di Inggris, dengan 44.248 kematian, menurut data dari Universitas John Hopkins.

Menurut laporan media sebelumnya, Inggris mencoba herd-immunity pada bulan Maret dan menjadi bencana. Infeksi dan kematian melonjak. Rencana itu secara publik ditinggalkan oleh pemerintah negara itu ketika terlihat jelas bahwa strategi itu gagal secara nyata dan berbahaya, kata media.