Potongan drama Legend of Lu Zhen - Image from Weibo
Beijing, Bolong.id - “Dipesankan oleh orang tua, diatur oleh mak comblang (父母之命,媒妁之言),” kata pepatah Tiongkok kuno tentang pernikahan.
Tiongkok zaman kuno, proses pernikahan sangat ketat. Kisah asmara tidak selalu mudah. Kadang butuh pengorbanan yang spektakuler dan seringkali tragis.
Dilansir dari The World of Chinese, berikut kisahnya
Menggambar Alis untuk Sang Istri
Zhang Chang (张敞), seorang sarjana dan pejabat dinasti Han (206 SM — 220 M), menghabiskan pagi hari dengan melukis alis indah pada istrinya, yang secara tidak sengaja terluka saat masih kecil. Zhang dilaporkan ke Kaisar Xuan dari Han atas pelanggaran perilaku pria yang dinilai tidak pantas ini, tetapi ketika ditanya,
Zhang hanya menjawab: "Keintiman pernikahan lebih dari sekadar melukis alis (闺房之乐,有甚于画眉者)," menyiratkan bahwa ungkapan kasih sayang kepada istrinya bukanlah urusan kaisar. Komitmen Zhang kepada istrinya membuat kaisar sangat tersentuh, dan masalah itu tidak diperdebatkan lagi.
Cinta dalam Dingin
Xun Fengqian (荀奉倩), seorang pejabat dinasti Tang (618 — 907), sangat mencintai istrinya yang cantik. Pada suatu hari di musim dingin ketika istrinya demam tinggi, Xun yang setia pergi keluar dan membuat dirinya sedingin mungkin.
Ia melakukan ini dengan tujuan untuk mendinginkan istrinya dengan tubuhnya sendiri, dan menurunkan demamnya. Namun terlepas dari upaya Xun, kekasihnya akhirnya meninggal karena penyakit misterius, dan Xun meninggal karena patah hati sesudahnya.
Kisah tragis ini dicatat beberapa abad kemudian dalam A New Account of the Tales oleh penulis Liu Yiqing (刘义庆).
Tetapi alih-alih memuji ikatan antara Xun dan istrinya, Liu mengkritik Xun karena terlibat dalam emosi cinta yang tidak praktis, daripada berkonsentrasi membuat keputusan politik yang baik—kebiasaan yang diyakini Liu tersebar luas di kalangan kelas elit.
Cinta yang Dalam untuk Pedang Tua
Liu Xun (刘询), Kaisar Xuan dari dinasti Han, menjalani masa kecilnya sebagai rakyat jelata sebelum naik takhta, karena keluarganya telah dibuang dari istana. Lalu, dia menikahi Xu Pingjun (许平君), tetapi sebagai kaisar, para penasihatnya berharap dia akan menikahi putri Huo Guang (霍光), seorang pejabat yang berkuasa, dan menjadikannya permaisurinya.
Alih-alih secara langsung menentang gagasan itu, Kaisar Xuan memerintahkan para pejabatnya untuk menemukan pedang yang dia gunakan sebagai orang biasa.
Para pejabat mengerti bahwa ini adalah metafora untuk cinta pertamanya, dan bahwa dia masih sangat terikat padanya, jadi mereka dengan tegas berubah pikiran dan mendukung Xu menjadi permaisuri. Belakangan, idiom "Cinta yang mendalam untuk pedang tua (故剑情深)" merujuk pada ikatan yang kuat antara pasangan lama.
Cinta membara
Selama Dinasti Jin Timur (317 — 420), Putri Xin'an ingin menikahi Wang Xianzhi (王献之), seorang kaligrafer terkenal. Dia pun memerintahkan Wang untuk menceraikan istrinya. Untuk membuktikan seberapa jauh dia rela pergi untuk menjaga istrinya, Wang menggunakan air apsintus mendidih untuk membakar kakinya, melumpuhkan dirinya secara permanen. Namun, putri yang kejam itu tidak tergerak, dan istri Wang meninggal sendirian beberapa tahun kemudian.
Garis Kasih Sayang
Pada abad ke-10, Qian Liu (钱缪), penguasa Kerajaan Wuyue, memandangi bunga-bunga yang bermekaran dan rerumputan hijau di sepanjang jalan dan memikirkan istrinya, yang sedang pergi mengunjungi keluarganya.
Sang Raja menulis surat singkat namun penuh kasih sayang kepada istrinya. Surat ini hanya terdiri dari sembilan karakter yang berisi: "Bunga-bunga bermekaran di samping jalan, dan Anda akan kembali ke rumah secara bertahap (陌上花开,可缓缓归矣)."
Sumpah Pasangan
Kisah cinta yang tragis ini menjadi inspirasi bagi Peacocks Fly Southeast, puisi naratif epik paling awal di Tiongkok. Selama tahun-tahun terakhir dinasti Han, Liu Lanzhi (刘兰芝), istri Jiao Zhongqing (焦仲卿), seorang pejabat kecil di daerah Lujiang, dibuang oleh ibu mertuanya, yang cemburu dengan ikatan Liu dengan putranya.
Akhirnya, Liu pergi dan bersumpah bahwa dia tidak akan pernah menikah lagi. Namun terlepas dari protesnya, saudara laki-lakinya kemudian memaksanya untuk menikah dengan putra gubernur setempat.
Liu menanggapi hal itu dengan menenggelamkan dirinya di kolam. Setelah mendengar kematian mantan istrinya, Jiao gantung diri di pohon di halaman rumahnya, memenuhi sumpah mereka untuk selalu bersama. (*)
Advertisement