Kelenteng Hok Ken Tong - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.
Beijing, Bolong.id - Kelenteng Hok Keng Tong di Desa Weru Kidul, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, merupakan satu dari tempat ibadah umat Tionghoa di pantura Jawa Barat yang megah.
Dilansir dari dari berbagai sumber, mulai dari ritual mengantar Dewa Dapur ke langit, hingga rangkaian perayaan lain yang ada di kelenteng ini. Klenteng tersebut sebagian besar banyak dikunjungi umat dari luar Cirebon.
Diketahui, salah satu kelenteng tertua di pulau Jawa ini menjadi bagian dari catatan sejarah masyarakat Cirebon.
Kelenteng tersebut berdiri pada 1389 Masehi oleh para eksodus Tiongkok yang menyebar di Asia Tenggara. Para eksodus Tiongkok itu sebelumnya membangun klenteng di Desa Pamarakan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
Namun, singkat cerita, klenteng tersebut pernah vakum dari aktivitas peribadatan selama lima tahun.
Salah Satu Wihara Tertua di Jawa Barat
Wihara Dharma Loka yang merupakan salah satu wihara tertua di Jawa Barat, bersolek menyambut jemaat Buddha dan Konghucu yang datang.
Bukan hanya itu, pencucian seluruh patung dalam wihara telah dilaksanakan seluruh panitia perayaan, berbarengan dengan pemasangan lampu lampion
Sebelum perayaan dilangsungkan, warga Tionghoa Garut yang jumlahnya hingga 2.000 orang itu bakal berkumpul sekaligus silaturahmi dengan penganut agama lainnya.
Wihara Berusia 174 Tahun
Wihara Dharma Loka termasuk bangunan tempat ibadah Konghucu tertua di Jawa Barat. Bangunan ini diperkirakan mulai dibangun sekitar 1839 Masehi di Jalan Guntur, Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garut Kota.
Awalnya, bangunan ini memiliki dua ruangan. Pertama, Toa Pek Kong yang di dalamnya bersemayam patung tua Pek Kong (Dewa Tanah), patung Ma Cho Po (Dewa Keselamatan), patung Chay Chen Kong (Dewa Keberuntungan), serta patung dan gambar harimau Prabu Siliwangi dan Kai (kayu) Kaboa.
Ruang kedua bernama Koang Kong, yang dihuni patung Koan Kong (Dewa Keadilan dan Kebenaran), patung Lam Kek Sian Kong (Dewa Kesehatan), dan Patung Mbah Jugo (Dewi Kesugihan) dari Gunung Kawi.
Selain itu, tepat di halaman wihara terdapat tungku khusus pembakaran hio sebagai persembahan kepada Tuhan dan pagoda dalam ukuran kecil yang berfungsi untuk pembakaran kertas berisi doa jemaat.
Namun, sejak 1967, ruangan wihara bertambah dua ruangan, yakni Amurwa Bumi dan Avalokitesvara. Sedangkan untuk pintu masuk, bangunan tetap mempertahankan arsitektur awal dengan dua patung besar naga utama yang saling berhadapan. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement