Suasana konferensi pers - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.
Beijing, Bolong.id – Kelompok 20 (G20) berencana menggalang dana setidaknya 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp22 Triliun) pada akhir tahun 2022.
Nantinya, dana ini akan digunakan untuk membangun infrastruktur, guna mencegah dan mempersiapkan diri dari potensi pandemi di masa depan, sebut Budi Gunadi Sadikin, menteri kesehatan Indonesia dan G20 saat ini.
Dilansir dari 人民网 pada Sabtu (25/06), pembentukan komite penggalang dana yang dinamai Financial Intermediary Fund (FIF) ini, telah disepakati oleh para menteri kesehatan anggota G20 bersama dengan Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Pertemuan Tingkat Menteri Kesehatan (HWG) pertama, yang diselenggarakan pada tanggal 20-21 Juni di D.I Yogyakarta, Indonesia.
Pada konferensi pers yang digelar hari Kamis (23/06) tersebut, Sadikit juga menuturkan bahwa hingga saat ini, sejumlah negara dan yayasan amal telah berkomitmen untuk menyumbangkan dana total 1,1 miliar dolar (sekitar Rp16 Triliun).
Dana tersebut akan ditampung oleh Bank Dunia, sedangkan alokasi dan pelaksanaan kegiatannya akan diatur oleh WHO.
Sadikin menguraikan beberapa rencana alokasi dana tersebut, termasuk diantaranya membangun dan meningkatkan akses ke penanggulangan medis darurat, membangun jaringan global laboratorium pengawasan genom, dan membangun pusat penelitian dan manufaktur global, yang akan dimanfaatkan untuk memproduksi alat-alat darurat tanggap pandemi yang tepat waktu dan adil di masa depan, termasuk produk vaksin, terapi, obat-obatan, alat pelindung diri (APD), dan alat tes, yang akan didistribusikan secara merata ke seluruh dunia.
Disebutkan, para anggota G20 sepakat bahwa mereka membutuhkan beberapa laboratorium sekuens yang terhubung untuk mengidentifikasi dan berbagi data sekuens genom dari patogen yang berpotensi menyebabkan wabah.
“Dengan adanya laboratorium yang terkoneksi seperti itu, kita dapat mengantisipasi atau mengatasi wabah dengan lebih baik. Kita akan bisa mendapatkan informasi lebih cepat dengan mekanisme berbagi data yang lebih kuat, kemudian mendiagnosis lebih cepat, kemudian kita bisa memproduksi vaksin lebih cepat,” jabar Sadikin.
Forum G20 juga sepakat membangun beberapa pusat penelitian dan manufaktur global tambahan di negara-negara Selatan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
Dengan demikian, diharapkan sebagian besar negara-negara di Global South yang merupakan negara-negara berkembang dan terbelakang, yang mengalami kesulitan menghadapi pandemi, akan mendapatkan lebih akses lebih mudah ke vaksin.(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement