Lama Baca 3 Menit

PM Li Keqiang Desak Penyelidikan Lebih Terhadap Tindakan Penculikan

01 April 2022, 09:31 WIB

PM Li Keqiang Desak Penyelidikan Lebih Terhadap Tindakan Penculikan-Image-1

Suasana saat anak bertemu keluarga setelah diculik - Image from People.cn

Beijing, Bolong.id – Perdana Menteri Li Keqiang pada Selasa lalu menyerukan penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang melibatkan penculikan perempuan dan anak-anak. Mendesak langkah-langkah tepat waktu untuk memungkinkan penyelamatan, rehabilitasi dan pengembalian mereka ke keluarga mereka.

Dilansir dari 新华网 pada Selasa (29/03/22), dalam sebuah instruksi yang dikeluarkan untuk telekonferensi nasional Dewan Negara, Kabinet Tiongkok, tentang menindak perdagangan manusia, Li menyoroti perlunya memberikan lebih banyak perhatian kepada para korban perdagangan manusia dan melindungi privasi mereka dengan lebih baik.

Li mengatakan dalam instruksi bahwa perdagangan manusia adalah tindakan yang keterlaluan, dan pelanggar seperti itu harus dibawa ke pengadilan.

Dia menyerukan ke semua departemen untuk meningkatkan koordinasi mereka dan memikul tanggung jawab penuh. Mengatakan bahwa mereka yang memperlakukan masalah kepentingan publik dengan acuh tak acuh harus dimintai pertanggungjawaban.

Perdana menteri LI menyoroti perlunya memperbaiki mekanisme yang digunakan untuk memerangi perdagangan manusia. Dengan mengatakan bahwa tindakan keras dan tindakan pencegahan harus dikoordinasikan untuk melindungi hak-hak perempuan dan anak-anak dan menegakkan keadilan sosial.

Zhao Kezhi, Penasihat Negara dan Menteri Keamanan Publik, mengatakan pada telekonferensi bahwa kasus perdagangan manusia harus diselidiki lebih ketat dan pelanggar dibawa ke pengadilan secepat mungkin.

Penting untuk membangun sistem kerja berbasis masyarakat dan jaringan pencegahan kejahatan dalam memerangi pelanggaran tersebut. Undang-undang, peraturan dan kebijakan yang relevan perlu disempurnakan lebih lanjut, katanya.

Menurut Kementerian Keamanan Publik, pada akhir tahun lalu, sebanyak 10.932 anak hilang dan diculik telah ditemukan di Tiongkok. Berkat sistem yang dikenal sebagai Reunion, yang diluncurkan pada Mei 2016.

Konferensi bersama antarkementerian itu terjadi setelah kasus profil tinggi di daerah Fengxian, provinsi Jiangsu, terungkap. Sebuah video tentang seorang wanita paruh baya yang dikurung di gubuk bata menjadi viral di media sosial pada akhir Januari lalu. Peristiwa itu memicu kemarahan publik yang meluas.

Investigasi resmi menemukan Xiaohuamei, seorang ibu dari delapan anak. Didiagnosis dengan penyakit mental, telah menjadi korban perdagangan manusia pada akhir 1990-an.

Polisi kemudian menahan suami perempuan tersebut untuk penahanan ilegal dan pasangan untuk perdagangan manusia. Sebanyak 17 pejabat lainnya di daerah itu dihukum karena melakukan kesalahan, termasuk melalaikan tugas, sehubungan dengan kasus tersebut. (*)


Informasi Seputar Tiongkok