Peribahasa 朝三暮四 - Image from sohu
Bolong.id - Selama musim semi dan musim gugur periode (770-476 SM), hiduplah seorang tua di negara bagian Song. Dia sangat menyukai monyet dan memelihara banyak monyet di rumahnya. Dia juga bisa berkomunikasi dengan monyet dan monyet juga bisa mengerti apa yang diucapkannya.
Dilansir dari 汉辞网, orang tua itu setiap harinya selalu memberi monyet itu makan delapan chestnut, empat saat fajar dan empat pada sore harinya.
Namun, karena makanan yang dimakan monyet tidak banyak tersisa lagi di keluarganya. Jadi, orang tua itu terpaksa mengurangi jumlah makanan yang di makan oleh monyet-nya.
Dia memutuskan untuk memberikan monyet-monyet itu, tujuh chestnut setiap harinya. Ia lalu mengumpulkan monyet itu bersama-sama dan memberitahu mereka, "Kami sekarang kekurangan makanan. Mulai hari ini, saya akan memberikan kalian masing-masing empat chestnut saat fajar dan tiga chestnut pada sore hari. Saya berharap bahwa hal ini menjadi masalah dengan Anda."
Mendengar hal ini, sang monyet sangat marah. Salah satu monyet tua bertanya, "Kenapa kita hanya diberi tiga chestnut di sore hari? Tak Bisa!"
Monyet-monyet yang lainnya juga ikut marah karena hanya akan diberikan kepada mereka masing-masing tiga chestnut, bukan empat chestnut di sore harinya.
Jadi orang tua itu mengatakan kepada mereka, "Kalau begitu, masing-masing akan mendapatkan tiga chestnut saat fajar dan empat chestnut pada sore hari."
Mengetahui bahwa masih akan ada empat chestnut di sore harinya, maka monyet itu merasa puas dengan gagasan ini dan mereka menganggukkan kepala mereka tanda setuju.
Kisah ini disebutkan dalam Kesetaraan Dalam Hal, salah satu bab dari karya Tiongkok kuno Zhuangzi (莊子) dari Negara Perang periode (475-221 SM). Karya ini merupakan tulisan dasar Taois yang ditulis oleh Guru Zhuang, yang berisi cerita dan anekdot yang mencerminkan sifat riang bijak Taois sejati. Tulisan-tulisan dalam koleksi ini sering bersifat lucu atau sopan.
Peribahasa Tiongkok, Zhao San-Mu Sì (朝三暮四) yang artinya, tiga saat fajar dan empat pada sore hari, berasal dari cerita ini dan awalnya dimaksudkan untuk memakai trik untuk menipu orang lain. Namun kemudian, peribahasa itu digunakan untuk seseorang yang sering berubah pikiran atau tidak bertanggung jawab.
Peribahasa tersebut digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang pikirannya selalu berubah, sehingga orang tidak pernah bisa percaya pada apa yang mereka katakan.(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement