Logo Kuaishou - Image from VCG
Bolong.id - Kuaishou, sebuah perusahaan video pendek Tiongkok, telah secara resmi membatalkan kebijakan lembur akhir pekannya, dan ByteDance juga sedang dalam perdebatan apakah akan melakukannya atau tidak.
Langkah Kuaishou datang ketika industri teknologi Tiongkok bergulat dengan keluhan karyawan tentang terlalu banyak pekerjaan dan perlakuan kasar dari perusahaan.
Pada bulan Januari tahun ini, berita kematian dua karyawan raksasa e-commerce Pinduoduo semakin membangkitkan reputasi buruk untuk sistem kerja 996 yaitu, bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam selama 6 hari.
Dilansir dari ftchinese.com pada Senin (5/7/2021), Kuaishou dan ByteDance sebelumnya mengadopsi sistem kerja Big or Small Week (大小周) yang umum dilakukan oleh perusahaan teknologi di Tiongkok, yaitu, karyawan harus pergi bekerja setiap hari Sabtu. Setelah menerapkan sistem kerja ini selama setengah tahun, Kuaishou mengumumkan penghentian praktik ini.
Shan Guo, seorang analis dari perusahaan konsultan Plenum.ai yang berbasis di Shanghai, mengatakan bahwa pengetatan pengawasan oleh pemerintah Tiongkok terhadap perusahaan teknologi besar mungkin menjadi salah satu alasan di balik perubahan ini.
“Presiden Xi Jinping menyerukan untuk mencegah ekspansi modal yang tidak teratur tahun lalu, dan pada bulan April tahun ini dia mengatakan bahwa dia akan secara efektif melindungi hak dan kepentingan yang sah dari buruh atau pekerja. Setelah itu, akan sangat sulit bagi pembuat kebijakan untuk menutup mata terhadap kondisi tenaga kerja perusahaan teknologi, karena kebijakan lembur lebih menguntungkan pemilik modal daripada pekerja," kata Shan Guo.
Karyawan di Bytedance dan Kuaishou juga berspekulasi bahwa bagian dari motivasi perusahaan adalah untuk memangkas biaya lembur yang tinggi. Beberapa karyawan Kuaishou senang karena bisa menikmati akhir pekan mereka lagi. Namun, banyak juga yang mempertanyakan bahwa kebijakan tersebut mungkin hanya sekedar aksi belaka, dengan mengatakan bahwa mereka berharap tim mereka akan sukarela lembur di akhir pekan.
Jika karyawan benar-benar bisa mendapatkan kembali akhir pekan mereka, ini berarti pengeluaran gaji Kuaishou akan sangat berkurang. Menurut undang-undang perburuhan Tiongkok, upah kerja lembur di akhir pekan harus dua kali lipat dari upah normal.
Di bawah kebijakan Big or Small Week, gaji karyawan 20% lebih tinggi, dan beberapa profesional muda lebih suka mempertahankan bonus ini.
Langkah Kuaishou membangkitkan harapan karyawan Bytedance, yang berharap perusahaan akan segera mengikutinya. Menurut laporan media Tiongkok, ByteDance sedang dalam diskusi untuk menghapus lembur akhir pekan di Bulan Juli ini. Bytedance mengatakan tidak akan mengomentari rumor pasar.
Pada pertemuan di seluruh perusahaan bulan lalu, CEO Bytedance, Liang Rubo, mengumumkan bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan kembali kebijakan bekerja Big or Small Week yang telah diterapkan selama bertahun-tahun.
Namun, dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa menurut survei karyawan, sepertiga orang mendukung kelanjutan kebijakan tersebut, dan sepertiga lainnya menentangnya.
“Tekanan untuk memecahkan masalah ini sangat besar, tetapi mereka mungkin belum memutuskan apa yang harus dilakukan,” kata seorang karyawan. Sedangkan karyawan lain menambahkan bahwa manajemen dan tim karyawan yang berbeda memiliki pendapat yang berbeda.
"Beberapa orang tidak ingin kehilangan uang lembur mereka. Beberapa orang khawatir jika (lembur akhir pekan) dibatalkan, tetapi beban kerja tidak berubah, maka mereka pada akhirnya akan menderita," kata seorang karyawan. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement