Kampus di China - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.
Beijing, Bolong.id – Ini yang tidak diajarkan di kampus Indonesia: "Bagaimana berumahtangga, dan mengapa suami-isteri bercerai." Dan, itulah yang kini diajarkan di Shanghai Institute of Technology, Tiongkok.
Dilansir dari Edu.china.com.cn, ada simulasi nikah begini: Sepasang mahasiswa-mahasiswi berjalan dari kelas ke podium, diiringi lagu pernikahan.
Kemudian, siswa laki-laki itu berlutut, mempersembahkan karangan bunga dan meletakkan cincin di jari "pengantin" -nya.
“Kursus, perencanaan dan manajemen kegiatan pernikahan, adalah kursus selektif bagi mahasiswa di Shanghai Institute of Technology,” ujar mahasiswa junior bermarga Li.
“Kami belajar tentang adat istiadat yang berkaitan dengan pernikahan, proses, dan cara merancang pernikahan," imbuhnya.
Warganet menganggap kursus tersebut sebagai pembelajaran yang sangat menarik yang membantu siswa mempelajari arti pernikahan. Seorang warganet bercanda, "Mereka harus mensimulasikan perceraian di sesi berikutnya, untuk berjaga-jaga."
Memahami makna pernikahan memang sangat penting. Berdasarkan survei tahunan Tiongkok Beautiful Life Survey pada 2020, hampir 20% wanita Tiongkok mengatakan mereka menyesal menikah, dibandingkan dengan 12% pada 2017 dan 9% pada 2012. Sementara hanya 7% pria yang mengaku menyesal menikah.
Kenyataan semakin umum di Negeri Tirai Bambu itu, di mana banyak orang, terutama wanita, mempertanyakan institusi pernikahan.
Liu Fang, salah satu contohnya.
Liu telah menikah selama tujuh tahun dan memiliki seorang putra berusia enam tahun. Ketika dia pertama kali menikah, dia mengharapkan kebahagiaannya menjadi dua kali lipat dan kesedihannya berkurang setengahnya.
Faktanya, Liu harus bertanggung jawab atas pengasuhan anak dan pekerjaan rumah sambil mempertahankan pekerjaan. Hal itu adalah alasan umum ketidakbahagiaan dalam pernikahan.
Kasus perceraian di Tiongkok terus meningkat dan jumlah pernikahan yang menurun dalam dekade terakhir. Rasio perceraian-ke-nikah, atau perceraian sebagai persentase perkawinan, sedikit di atas 20% pada 2009.
Pada 2019 mencapai 50%, menurut data dari Kementerian Urusan Sipil. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement