Sichuan Larang Pejabat Gunakan Dialek Lokal di Kantor - Image from AP
Sichuan, Bolong.id - Setelah sebuah penyelidikan rahasia menemukan bahwa banyak pegawai negeri dan kader partai berbicara dalam bahasa lokal mereka selama jam kerja alih-alih bahasa Mandarin, pemerintah provinsi barat daya Sichuan melarang penggunaan dialek di kantor.
Pemerintah provinsi mengumumkan langkah tersebut pada konferensi pers Senin (13/9/2021) yang ditujukan untuk pegawai negeri. Dikatakan pula bahwa ditemukan sekitar 10% pekerja yang diwawancarai selama penyelidikan tidak dapat berbicara bahasa Mandarin, bahasa nasional Tiongkok, bahkan setelah diingatkan untuk melakukannya.
Dilansir dariSixth Tone pada Selasa (14/9/2021), sebuah pemberitahuan yang dikeluarkan oleh komite kerja bahasa provinsi mengatakan, pekerja di partai dan departemen pemerintah serta lembaga publik akan diminta untuk mencapai setidaknya skor 70%, atau level 3-A, pada tes kemahiran bahasa Mandarin di Tiongkok dalam waktu tiga tahun berturut-turut. Mereka disebut harus memimpin masyarakat dengan berbicara bahasa Mandarin dan spanduk atau poster yang mengingatkan orang untuk berbicara bahasa Mandarin akan digantung di seluruh gedung negara.
Secara umum, Tiongkok dikatakan memiliki sekitar 80 bahasa etnis minoritas dan 10 kelompok dialek yang dituturkan oleh mayoritas Han, meskipun ada lebih banyak variasi. Bahasa yang digunakan di sekitar Beijing kemudian dipilih menjadi bahasa pemersatu sejak tahun 1955. Per data tahun 2020, empat dari lima penduduk Tiongkok sudah dapat berbicara bahasa Mandarin.
Pemerintah juga terus mendorong penggunaan bahasa Mandari nasional. Sejak tahun 2004, film asing tidak boleh lagi disulihsuarakan dalam bahasa dialek dan satu dekade kemudian dialek dilarang dari TV nasional.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok bersikap lebih toleran terhadap dialek Han lokal karena memandangnya sebagai bentuk “kekuatan lunak” budaya Tiongkok. Namun, penggunaan bahasa non-Mandarin di sekolah tetap menjadi isu kontroversial.
Yan Xiuhong, seorang profesor ahli konservasi dialek di Universitas Studi Asing Guangdong mengatakan kepada Sixth Tone bahwa kecintaan orang Sichuan terhadap dialek mereka adalah cerminan dari kepercayaan budaya mereka yang kuat."Banyak orang Han di provinsi tersebut bahkan tidak menyadari bahwa apa yang mereka bicarakan bukanlah bahasa Mandarin," kata Yan.
Yan pun berharap aturan baru ini tidak diterapkan dengan terlalu ketat agar penggunaan dialek tidak mati. “Penduduk setempat harus berbicara bahasa Mandarin kepada orang-orang dari provinsi lain untuk komunikasi yang lebih baik, tetapi mereka harus tetap dapat berbicara dengan dialek satu sama lain untuk mengekspresikan kampung halaman mereka,” kata Yan.
Menurut Yan, dengan urbanisasi yang cepat mengancam budaya lokal, pemerintah harus lebih memperhatikan pelestarian dialek dan bahasa loka. “Jika masing-masing daerah bisa memiliki ciri khas bahasanya sendiri, maka budayanya akan lebih beragam untuk menumbuhkan masyarakat yang lebih ideal,” tambahnya.
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement