Atap rumah dengan deretan hewan - Image from byycedu.com
Jakarta, Bolong.id - Di bagian atap dan sudut bangunan Tiongkok kuno, seringkali terdapat patung binatang kecil dengan jumlah yang berbeda-beda diatur sebagai dekorasi. Di masa lalu, dekorasi hewan kecil yang sering disebut hewan atap atau peri ini juga sering dikatakan "putus asa" karena mereka seperti telah berjalan ke garis depan sudut atap dan satu langkah berjalan ke depan mereka akan jatuh. Lalu, apa alasan bangunan Tiongkok kuno memasang hewan kecil yang "putus" asa ini sebagai dekorasi?
Dilansir dari chinawenhua.com.cn, bangunan kuno Tiongkok sebagian besar atapnya terbuat dari kayu yang dilapisi ubin. Karena ubin paling depan dari sudut atap berada pada posisi paling ujung, maka ubin ini harus dapat menahan tarikan gravitasi dan menopang ubin di atasnya. Oleh karena itu, digunakanlah paku ubin untuk memasang ubin di tepi paling depan atap sekaligus sebagai pemberat penahan angin. Lambat laun, pemberat atau paku ubin tersebut dibentuk binatang, seperti hiasan, di samping fungsi praktisnya.
Pada Dinasti Tang dan Song, paku ubin ini hanya diwakili satu kepala hewan. Kemudian, sejumlah hewan lain pun secara bertahap ditambahkan. Pada Dinasti Qing, dekorasi barisan binatang kecil ini pun berkembang hingga ditambahkan adanya hewan mitologi phoenix sebagai pemimpinnya.
Pemilihan hewan mitologi phoenix juga memiliki makna. Legenda mengatakan bahwa raja Negara Qi gagal dalam pertempuran dan dikejar oleh musuh ke tepi sungai besar. Tiba-tiba, seekor burung besar terbang di depannya dan sang raja dengan tergesa-gesa menunggangi burung besar itu untuk menyelamatkan hidupnya. Oleh karena itu, banyak orang menempatkan dekorasi peri menunggang burung phoenix di ujung atap bangunan yang memiliki makna mengubah kejahatan menjadi keberuntungan.
Jumlah hewan kecil pada suatu bangunan pun bervariasi menurut skala dan tingkat bangunan meski kebanyakan berjumlah tunggal seperti satu, tiga, lima, tujuh, dan sembilan. Namun, ada sepuluh hewan kecil di atap Aula Keharmonisan Tertinggi di Kota Terlarang di Beijing sebagai lambang supremasi kekuasaan kekaisaran atau dapat juga ditafsirkan sebagai "hanya kaisar yang pantas mendapat perlakuan sempurna".(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement