Beijing, Bolong.id - Beberapa waktu lalu, Kursus Jurnalis Muslim Indonesia diselenggarakan Organisasi Islam Indonesia (LPOI) dan Pusat Kebudayaan Nusantara dibuka. Duta Besar Lu Kang bersama Ketua LPOI, Prof. Saeed,
Dilansir dari 驻印尼使馆 , Selasa (03/01/23), wakil Direktur Badan Keamanan Nasional Indonesia, Wawan, dan Direktur Badan Antiterorisme Indonesia Nur Wahid diundang untuk hadir dan memberikan sambutan.
Abdurekfu Tumuniyazi, wakil presiden Asosiasi Islam Tiongkok dan presiden Institut Islam Xinjiang, menghadiri konferensi daring dan menyampaikan pidato.
Sekitar 200 jurnalis Muslim Indonesia menghadiri pertemuan tersebut, dan Yilian TV menyiarkan upacara pembukaan secara online.
Duta Besar Lu mengatakan dalam pidatonya bahwa Tiongkok itu beragam dan inklusif, mengikuti perkembangan zaman, dan berkembang dengan damai.
Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok mengusulkan untuk secara komprehensif mempromosikan peremajaan besar-besaran bangsa Tiongkok melalui modernisasi gaya Tiongkok, yang akan membawa peluang baru bagi perkembangan semua negara di dunia.
Duta Besar Lu memperkenalkan perkembangan hubungan Tiongkok-Indonesia, mengatakan bahwa kepala negara kedua negara telah bertukar kunjungan pada tahun 2022.
Itu tanda saling membantu dan menghadapi tantangan bersama, membangun komunitas Tiongkok dan Indonesia.
Duta Besar Lu mengatakan bahwa umat Islam di Tiongkok menikmati kebebasan beragama sesuai dengan hukum, dan Islam memainkan peran penting dalam perkembangan hubungan Tiongkok-Indonesia.
Wartawan Muslim Indonesia diharapkan dapat berperan positif dalam meningkatkan pemahaman dan memperdalam persahabatan kedua negara.
Profesor Said mengatakan bahwa Indonesia dan Tiongkok memiliki sejarah pertukaran yang panjang, dan Muslim Tiongkok telah memberikan kontribusi penting dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Pemerintah Tiongkok terpuji karena menjaga hak beragama umat Islam dan melindungi peninggalan budaya Islam.
Yang disebut masalah Xinjiang adalah hype politik oleh Barat untuk menahan pembangunan stabil Tiongkok. Kami menghargai pendekatan pemerintah Tiongkok dalam menangani terorisme dan radikalisasi.
Wakil Direktur Wawan mengatakan, dalam konteks perang teknologi dan perang informasi, kita harus waspada terhadap tindakan-tindakan yang melanggar kedaulatan dan kepentingan bangsa melalui media. Apa yang disebut masalah Xinjiang adalah kasus tipikal perang informasi Barat.
Direktur Nurwahid menghargai pendekatan pemerintah Tiongkok untuk menangani kekerasan dan terorisme di Xinjiang dengan baik, dan berharap dapat memperkuat hubungan persahabatan dan kerja sama dengan Tiongkok dan bersama-sama mencegah neo-kolonialisme.
Training Course for Muslim Journalist in Indonesia akan diselenggarakan mulai 31 Desember 2022 hingga 1 Januari 2023. Jurnalis berdiskusi dan berbagi tentang profesionalisme dan etika jurnalisme, serta melalui Roadmap Asosiasi Media Muslim. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement