Anak TK di Tiongkok - Image from China News
Beijing, Bolong.id - Pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Tiongkok membahas rancangan amandemen Undang-Undang Kependudukan dan Keluarga Berencana. Terkait kebijakan keluarga dengan tiga anak.
Dilansir dari China News pada Kamis (19/08/2021), dalam musyawarah anggota Kongres percaya, bahwa dimasukkannya kebijakan tiga anak dan langkah-langkah pendukungnya ke dalam undang-undang, dibutuhkan untuk “negara yang lebih besar”, dan direkomendasikan agar rancangan amandemen undang-undang tersebut ditinjau dan disetujui sesegera mungkin.
Ding Zhongli (丁仲礼), wakil ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Tiongkok, percaya bahwa sangat penting untuk mengubah undang-undang kependudukan dan keluarga berencana dalam keadaan saat ini.
Dia menunjukkan bahwa data sensus ketujuh Tiongkok menunjukkan bahwa situasi populasi saat ini parah.
"Beberapa akademisi telah membuat beberapa perhitungan. Jika situasi saat ini dipertahankan, jumlah penduduk dapat turun tajam dalam 30 tahun ke depan. Oleh karena itu, perlu untuk mengubah undang-undang kependudukan dan keluarga berencana saat ini untuk mendorong keluarga berencana tiga anak."
Dalam musyawarah kelompok, para peserta umumnya juga mengemukakan dampak positif dari perubahan undang-undang ini. Yang Zhijin (杨志今), anggota Komite Tetap Kongres Rakyat Tiongkok, mengatakan bahwa dalam jangka panjang, kebijakan tiga anak kondusif untuk meningkatkan struktur demografi Tiongkok dan menerapkan strategi nasional untuk secara aktif menanggapi penuaan populasi.
Li Feiyue (李飞跃), anggota Komite Tetap Kongres Rakyat Tiongkok, mengatakan bahwa rancangan amandemen UU Kependudukan dan Keluarga Berencana berfokus pada penyelesaian kekhawatiran masyarakat tentang persalinan, pengasuhan, dan pendidikan, dan mempromosikan keharmonisan dan kebahagiaan keluarga.
"Memimpin dan mempromosikan penerapan kebijakan tiga anak dengan aturan hukum pasti akan memiliki dampak besar dan luas pada semua bidang pembangunan ekonomi nasional, semua mata rantai konstruksi sosial, dan semua aspek sosial budaya."
Advertisement
