ilustrasi bumi dan luar angkasa - Image from Tech News
Beijing, Bolong.id - Menyerap energi matahari dari luar angkasa dan mengirimkannya ke bumi, kini dilakukan Tiongkok. Uji coba dilakukan di Bishan, Chongqing. Tujuannya mencapai pembangkit listrik 1MW pada tahun 2030.
South China Morning Post melaporkan pada Selasa (17/8/2021) bahwa menurut dokumen resmi, untuk mencapai tujuan netralitas karbon, pihak berwenang Beijing sedang bersiap untuk mengumpulkan daya 1MW melalui teknologi pembangkit listrik tenaga surya kosmik pada tahun 2030.
Pada tahun 2049, seratus tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, pihak berwenang berharap bahwa skala pembangkit listrik total pembangkit listrik tenaga surya kosmik akan meningkat menjadi 1GW, setara dengan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar saat ini.
Dilansir dari TechNews pada Selasa(17/8/2021) Pembangkit listrik tenaga surya berbasis darat saat ini tidak efisien karena hanya dapat beroperasi pada siang hari, dan atmosfer memantulkan atau menyerap hampir setengah energi sinar matahari.
Sejak 1960-an, para ilmuwan ingin membangun stasiun fotolistrik di luar angkasa. Pembangkit listrik tenaga surya tersebut lebih dari 36000 kilometer jauhnya dari bumi, dapat menghindari bayangan bumi, dan menyerap energi cahaya sepanjang hari, dan kemudian mengirimkan energi kembali ke bumi dengan gelombang mikro frekuensi tinggi.
Gelombang mikro frekuensi tinggi dapat meminimalkan kehilangan energi melalui atmosfer, sekitar 2%. Karena kesulitan teknis yang tinggi, meskipun para ahli mengemukakan berbagai ide, masih tetap pada tahap uji teoritis.
Basis uji di Bishan, Chongqing, menelan biaya 100 juta yuan. Setelah peletakan batu pertama tiga tahun lalu, itu ditutup karena masalah seperti keamanan dan kelayakan. Namun, pekerjaan itu dimulai kembali pada bulan Juni dan diharapkan akan selesai pada akhir tahun ini.
Peneliti lokal harus menemukan cara untuk membuat energi melewati awan secara efektif dan akurat kembali ke stasiun penerima di bumi.
Mengingat tantangan teknis, terlalu sulit untuk melakukan eksperimen langsung di luar angkasa. Tiongkok berencana untuk mengirim balon ke tempat 300 meter di atas tanah untuk memancarkan energi ke bumi, dan kemudian meluncurkan pesawat ruang angkasa ke tempat yang berjarak 20 kilometer dari stratosfer untuk mengumpulkan energi matahari.
Namun, teknologi ini memiliki banyak risiko. Panel surya harus terus terpapar cahaya, yang akan menyebabkan getaran kecil terus menerus dan dapat menyebabkan ketidaksejajaran berkas gelombang mikro yang ditransmisikan kembali ke bumi. Selain itu, terminal ground akan terkena radiasi.
Menurut penelitian Universitas Jiaotong Beijing, tidak ada yang bisa hidup dalam jarak 5 kilometer dari pusat pembangkit listrik. (*)
Advertisement