Lama Baca 5 Menit

Dubes AS untuk Tiongkok Mundur, Bulan Depan Tinggalkan Beijing

15 September 2020, 15:28 WIB

Dubes AS untuk Tiongkok Mundur, Bulan Depan Tinggalkan Beijing-Image-1

Terry Branstad, Duta Besar AS untuk Tiongkok - Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Tiongkok, Bolong.id - Setelah Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, memposting tiga komentar di Twitter berturut-turut pada 14 September 2020 tentang pengunduran diri Duta Besar AS untuk Tiongkok Terry Branstad, pihak Kedubes AS di Tiongkok mengeluarkan pernyataan resmi di hari yang sama.

Pihak kedubes mengonfirmasi bahwa Duta Besar AS untuk Tiongkok Terry Branstad akan mundur pada awal Oktober 2020 dan meninggalkan Beijing. Disusul dengan pernyataan Branstard yang membenarkan kabar bahwa ia akan mundur, dikutip Baidu News, Selasa (15/9/20).

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar AS, Branstad mengonfirmasi melalui telepon dengan Presiden AS Trump pekan lalu bahwa ia akan meninggalkan jabatannya dan akan kembali ke Iowa setelah meninggalkan Beijing.

Branstad mengatakan dalam pernyataan pribadinya: “Merupakan suatu kehormatan besar untuk mewakili Presiden Amerika Serikat dan rakyat Amerika selama tiga tahun terakhir. Kami sedang menyeimbangkan kembali hubungan AS-Tiongkok agar lebih adil, ada timbal balik untuk kedua belah pihak, dan dapat mendorong pertumbuhan positif di kedua negara. Upaya ini akan terus berlanjut. Ketika saya meninggalkan Beijing nantinya, saya masih sama optimisnya dengan ketika saya baru tiba di Beijing 3 tahun lalu. Saya telah bertemu begitu banyak orang yang luar biasa di Tiongkok. Saya dan istri tidak akan pernah melupakan antusiasme dan keramahan orang Tiongkok.”

Pernyataan yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar AS di Tiongkok tersebut, juga menunjukkan bahwa Branstad telah mengadakan rapat pleno internal pada di hari yang sama untuk berterima kasih kepada karyawan Kedutaan Besar dan Konsulat AS di Tiongkok seraya berkata, “Saya sangat bangga atas upaya kami untuk mencapai fase pertama dari perjanjian perdagangan dan pekerjaan yang telah dilakukan, untuk memberikan hasil yang nyata bagi komunitas kami di Amerika Serikat. "

Hanya beberapa jam sebelum Kedutaan Besar AS di Tiongkok merilis berita tersebut, Pompeo mengirim tiga cuitan di twitter untuk berterima kasih kepada Branstad karena telah melayani AS sebagai Duta Besar untuk Tiongkok selama lebih dari tiga tahun, dan memujinya karena menyeimbangkan kembali hubungan Tiongkok-AS.

Pompeo mengatakan, Branstad memiliki pengalaman puluhan tahun dalam menangani hal terkait Tiongkok, dan merupakan orang terbaik sebagai perwakilan pemerintah AS dalam membela kepentingan dan cita-cita AS dalam hubungan Tiongkok-AS. Atas dasar inilah Presiden Trump memilihnya untuk memainkan peran penting ini (Duta Besar Tiongkok).

Perlu dicatat, Branstad yang kini berusia 73 tahun, lahir di Iowa, AS. Sejak 1982, Branstad telah enam kali terpilih sebagai gubernur Iowa, mencatat rekor sebagai gubernur termuda dan terlama dalam sejarah Amerika. 

Pada Mei 2017, Senat AS menyetujui pencalonan duta besar Branstad untuk Tiongkok. Dalam sidang pencalonan, Branstad menyatakan bahwa ia berharap dapat memberikan dampak positif pada hubungan AS-Tiongkok dan memainkan peran konstruktif dalam mendorong perkembangan hubungan bilateral. 

Pada Juni 2017, Branstad tiba di Tiongkok dan secara resmi menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Tiongkok.

Namun ada laporan lain dari salah satu media AS. Dilaporkan pada 12 September lalu, Trump bahwa Branstad akan mewakilinya untuk menghadiri kampanye pemilihan umum di Iowa.

Branstad tiba-tiba mengundurkan diri pada saat konflik antara Tiongkok dan Amerika Serikat semakin memanas. Pemerintah AS sampai saat ini belum menjelaskan alasan spesifik pengunduran diri Branstad, dan calon dubes penggantinya.

Pada hari yang sama, Li Haidong, seorang profesor di China Foreign Affairs University (外交学院), menganalisis kejadian ini. Li mengatakan, selama tiga tahun masa jabatan Branstad, hubungan Tiongkok-AS telah mengalami perubahan besar.

Kebijakan AS terhadap Tiongkok terlalu keras, dan ‘ruang kerja’ Branstad telah menyusut drastis.  Mungkin ia pikir ia tidak lagi cocok untuk posisi itu, hingga mengusulkan untuk mengundurkan diri.

Seorang ahli Tiongkok mengatakan, Branstad belum menunjukkan "perkataan dan perbuatan yang luar biasa" selama lebih tiga tahun kinerjanya di Tiongkok. Dengan gayanya yang bijaksana, dapat membuat kebijakan Gedung Putih terhadap Tiongkok semakin keras. Branstad di satu sisi mewakili pemerintah AS, juga menghadapi orang-orang Tiongkok selama tinggal di Beijing. Sehingga mungkin saja Branstad merasa terjebak.

Para ahli lain mengatakan, dalam hal apapun, pengunduran diri mendadak Branstad menandakan penurunan peringkat kebijakan luar negeri pemerintah AS terhadap Tiongkok. Hal ini mencerminkan perubahan arah kebijakan Trump di Tiongkok. (*).