Warga Italia - Image from today.line.me
Miris, banyak orang telah kehilangan jiwa kemanusiaan dan kepeduliaannya. Hingga di tengah wabah corona yang meluas, tidak ada aksi untuk waspada dan melakukan pencegahan.
Salah satunya adalah warga Jakarta, ketika pemerintah memberikan kebijakan libur 2 minggu untuk mengurangi intensitas kontak dengan orang lain. Mereka justru abai dan malah berlibur di Pantai Carita Banten. Berbeda halnya dengan warga China yang justru patuh dan saling mendukung. Simak kisah lengkapnya berikut ini.
Kepedulian sosial adalah salah satu kunci dalam menghadapi wabah Covid-19 ini, sebab dengan adanya kepedulian, setiap lini masyarakat akan bergerak ke arah yang sama yakni meminimalisir potensi penularan virus corona.
Sebaliknya, jika masyarakat merasa enggan peduli dan berbuat masa bodoh akan mengantarkan pada kehancuran serta tingkat keparahan penyebaran corona yang semakin tinggi. Oleh sebab itu penting sekali untuk berkaca apakah tiap diri kita sudah peduli atau belum dengan adanya wabah ini?
Hal ini juga beberapa kali disampaikan oleh tokoh-tokoh Indonesia, seperti halnya mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Najwa Shihab yang dikenal sebagai presenter Mata Najwa.
"Mari bersama kita mengurangi mobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Menjaga jarak dan mengurangi kerumunan orang yang membawa risiko lebih besar pada penyebaran Covid-19. Selain itu, kita juga harus memperkuat sistem kekebalan tubuh kita dengan hidup lebih sehat, makan-makanan yang bergizi, dan istirahat yang cukup.
Solidaritas kita bersama adalah modal sosial yang penting untuk kita bersama-sama melawan Covid-19 ini." pungkasnya.
Najwa juga gencar menyerukan ajakan #dirumahaja, dirinya mengungkapkan "Hari ini, berperilaku soliter bisa menjadi tindakan solider. Soliter adalah solidaritas. Jaga jarak, hindari keramaian, #dirumahaja."
Soliter atau dalam KBBI diartikan sebagai kondisi menyendiri atau tidak berkelompok dimaknai Najwa saat ini sebagai sikap solider yakni kondisi bersatu, merasa senasib dan rasa setia kawan yang kuat.
Semangat solidaritas ini bertentangan dengan aktivitas masyarakat yang justru seolah merasa tidak peduli dengan kondisi penyebaran corona serta menganggap ringan masalah tersebut. Fenomena-fenomena tersebut diantaranya ialah :
Pantai Carita-Anyer Banten Dibanjiri Wisatawan Jakarta Akibat Libur Cegah Corona
Wabah virus corona yang melanda sejumlah daerah di Indonesia tidak menyurutkan niat warga Jakarta untuk memanfaatkan libur 2 minggu yang diberikan pemerintah untuk berwisata, salah satunya adalah mengunjungi Pantai Carita dan Anyer di Pandeglang, Banten.
Di tengah wabah virus korona, dua pantai yang terkenal dengan pasir putihnya yang cantik serta ombak landai itu dibanjiri wisatawan yang mayoritas berasal dari Jakarta dan Tangerang.
Mereka datang beramai-ramai dengan menggunakan kendaraan pribadi dan bus. Kedatangan wisatawan asal Ibu Kota tersebut diduga sebagai akibat ditutupnya sejumlah objek wisata di Jakarta menyusul mewabahnya virus korona disana.
Bahkan ketika salah satu wisatawan di wawancarai, dirinya mengungkapkan sengaja datang ke Pantai tersebut untuk berlibur dan menikmati libur kerja bersama rekan-rekan.
Pantai Carita dipenuhi pengunjung - Image from www.cerpen.co.id
Warga Italia Berkeliaran Saat Negaranya Putuskan Lockdown
Italia merupakan negara nomer 2 dengan tingkat paling parah terkait penyebaran wabah corona, tepat di bawah posisi China. Dalam proses menangani corona, masyarakat Italia terlihat menganggap remeh dan seolah tidak peduli.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang WNI di Italia, Rieska Wulandari, yang menyaksikan sendiri peningkatan kasus corona di sana. Dia menilai langkah yang dilakukan pemerintah Italia dalam menanggapi virus corona sudah tepat.
Namun menurutnya, banyak orang Italia yang justru menganggap remeh penularan virus corona.
"Orang-orang pada masa semi karantina bersikap ignorant dan menganggap diri imun, mereka tetap melakukan mobilitas yang kurang selektif dan arogan, ternyata menjadi carrier dan menginfeksi yang lain," kata Rieska.
Meskipun jumlah peningkatan kasus corona terus meningkat dan pemrintah Italia juga telah mengumumkan status lockdown seluruh negara. Rieska mengungkapkan masih ada sekitar dua ribuan orang yang kedapatan berkeliaran untuk alasan yang tidak penting.
Padahal, bagi orang yang melanggar aturan tersebut dapat diganjar denda sebanyak 206 euro atau hukuman penjara. Hasil denda tersebut nantinya akan dikumpulkan dan dialokasikan untuk dana pencegahan penyebaran virus corona.
"Kecerobohan manusia bisa menghasilkan kerepotan bahkan kematian bagi yang lain, maka warga harus kompak," ucap dia.
Polisi merazia warga yang berkeliaran - Image from www.liputan6.com
Warga Brazil Santai Liburan di Pantai Meski Telah Diumumkan Wabah Corona
Pantai Rio de Janeirol dipenuhi oleh wisatawan yang ingin menikmati libursan di pantai. Meski telah diumumkan wabah corona, mereka tampak tak peduli dengan tetap nekat berangkat liburan.
Terlihat seluruh area pesisir pantai dipenuhi dengan payung-payung dan ratusan bahkan bisa jadi ribuan orang yang memadatinya.
Wisatawan Brazil penuhi pantai - Image from foto.tempo.co
Solidaritas Warga Wuhan di Tengah Virus Corona
Berbeda halnya dengan kondisi diatas, warga Wuhan mengambil aksi untuk membangun solidaritas seluruh warganya sehingga saling mendukung untuk melawan wabah virus corona tersebut.
Cara-cara yang mereka lakukan, diantaranya adalah dengan :
1. Meneriakkan Dukungan
Pada saat lockdown di Wuhan, mayoritas penduduknya diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah guna meminimalkan penyebaran Virus Corona serta menghentikan aktivitas di luar rumah kecuali mendesak.
Tidak seperti warga Jakarta dan Brazil yang justru pergi liburan, warga Wuhan patuh dan tetap berdiam di apartemennya. Tetapi, penghuni di blok apartemen menemukan sebuah cara kecil untuk menghibur dan memberikan semangat untuk satu sama lain.
Kejadian tersebut di rekam dan disebar di media sosial, bahkan sempat menjadi viral.
Pasalnya, dalam video ini, para penduduk yang tinggal di apartemen terlihat meneriakkan seruan “Wuhan Jiayou” yang artinya “Semangat Wuhan” atau "Tetap kuat Wuhan" untuk menyemangati satu sama lain, mengingat Virus Corona yang mematikan dan kian hari semakin menyebar di seluruh pelosok Cina.
Unggahan video ini membuat netizen dari seluruh dunia yang melihatnya merasa terenyuh dan merinding karena mendengar satu sama lain saling bersautan dengan semangat.
"Kami akan melewati ini. Wuhan jiayou, seluruh negara mendukungmu," kata salah satu netizen.
2. Menyiapkan 200 Porsi Makanan
Menurut sebuah laporan Beijing News, beberapa rumah sakit di Wuhan telah mengalami kekurangan bahan makanan. Dua warga yang tinggal di Wuhan sebelumnya mengatakan bahwa orang-orang di kota itu berusaha menimbun makanan dan bahan pokok.
Seorang pemilik restoran baru di Wuhan telah menghabiskan waktu festival Tahun Baru Imlek dengan menyiapkan makanan untuk para pekerja medis di kota tersebut.
Li Bo, pemilik dari restoran baru itu, telah membuka restorannya bulan lalu. Untuk membuka restoran, ia rela menjual mobilnya dan meminjam uang untuk mengumpulkan dana.
Mengingat wabah Virus Corona yang terus menyebar, restorannya menjadi sangat sepi dan jalanan kota pun kosong bagaikan kota mati.
Li Bo mengatakan bahwa awalnya ia panik dan khawatir karena memikirkan bagaimana ia akan membayar kembali uang pinjamannya untuk membuka restoran.
"Tetapi kemudian saya melihat (berita) tentang bagaimana staf medis di rumah sakit berjuang dan saya merasa sudah saatnya saya bertindak. Saya ingin melakukan usaha semampunya, tidak peduli seberapa kecilnya (usaha saya),” kata Li Bo.
Li Bo bersama koki lainnya menghabiskan hari-harinya untuk membeli bahan makanan dan memasak makanan yang cukup untuk dimasukkan ke dalam 200 kotak.
Ia sedang dalam proses menemukan kotak yang cukup untuk mengemas makanan, menambahkan bahwa makanan itu akhirnya akan dikirim ke staf medis di Rumah Sakit Xiehe Wuhan.
"Saya ingin melakukan yang terbaik untuk (memastikan) staf medis dapat mengkonsumsi makanan saya. Saya berharap mereka mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan dan itu akan meningkatkan kekebalan mereka," jelas Li Bo.
Sebagai tambahan, Li Bo telah berencana untuk terus melanjutkan pengiriman makanan selama ia masih bisa mengerjakannya. Dan yang pasti, ia juga berharap agar kota tempat tinggalnya tersebut segera pulih.
3. Penduduk yang Menyumbang 15.000 Masker
Ketakutan dan kekhawatiran akan Virus Corona telah membuat ribuan orang di seluruh negeri berbondong-bondong untuk membeli masker. Hal itu memicu kurangnya persediaan masker di beberapa tempat yang menjualnya.
Masker telah menjadi alat bantu yang sangat berharga sehingga banyak orang di media sosial China, Weibo, merasa lebih suka menerima masker wajah daripada hadiah uang yang diberikan saat Tahun Baru Imlek.
Menurut Xiaoxiang Morning Herald, Hao Jin, seorang warga desa di Changde, provinsi tetangga Hubei yang merupakan letak Wuhan, memutuskan untuk menyumbangkan hampir 15.000 masker wajah kepada orang-orang yang membutuhkannya.
Hao Jin bekerja di pabrik masker pada tahun lalu dan akhirnya mengundurkan diri dari pekerjaan itu, tetapi perusahaan tidak mampu membayar gaji selama ia bekerja. Sebagai bentuk kompensasi, Hao Jin justru diberi 15.000 masker dan uang sejumlah Rp 39 juta.
Masker-masker yang pada awalnya ia biarkan saja di rumahnya, kini dimanfaatkan karena mendengar berita yang beredar tentang kurangnya persediaan masker.
Hao Jin juga menyimpan beberapa masker untuk keluarganya, dan membagikannya kepada orang-orang di desanya sebelum menyumbangkan sisanya ke daerah-daerah yang membutuhkan.
"Saya rasa masker yang saya miliki akan disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan, dan saya berharap masker itu dapat lebih bermanfaat dan bernilai bagi orang lain," katanya.
Advertisement