Vaksin siap didistribusikan - Gambar diambil dari berbagai sumber segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami
Jakarta, Bolong.id - Vaksin adalah harapan terbaik dunia untuk dapat mengendalikan pandemi COVID-19 dengan menginfeksi hampir 100 juta orang di dunia. Seluruh dunia mengharapkan vaksin untuk memulihkan keterpurukan akibat pandemi.
Namun, apakah distribusi dapat dilakukan secara merata diseluruh dunia?
Statistik dari Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa 39 juta dosis vaksin telah diberikan di 49 negara berpenghasilan tinggi sementara hanya 25 dosis vaksin yang telah diberikan di satu negara miskin. Tepatnya, 95 persen dari vaksin yang tersedia telah diperoleh oleh 10 negara maju. Dilansir dari China Daily pada Selasa (26/01/2021).
Tidak heran jika Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyesalkan bahwa negara-negara kaya sedang menggelar program vaksinasi sementara negara-negara kurang berkembang di dunia mengawasi dan menunggu.
Bahwa orang dewasa yang lebih muda dan lebih sehat di negara kaya mendapatkan vaksinasi sebelum orang tua di negara miskin, katanya, "tidak benar".
Tampaknya masuk akal bahwa negara-negara maju yang mengembangkan vaksin dibenarkan dalam menggunakan vaksin untuk rakyatnya sendiri terlebih dahulu. Tetapi distribusi vaksin yang tidak merata dapat menjadi konsekuensi bagi perjuangan global melawan pandemi secara keseluruhan.
Fakta bahwa virus tidak mengenal batas dan pandemi sama sekali tidak akan dikendalikan kecuali tingkat infeksi diturunkan secara global menunjukkan bahwa alokasi vaksin yang sama penting bagi dunia untuk secara efektif membendung penyebaran virus. Jika pandemi dibiarkan terus merajalela seperti di negara berkembang, virus dapat bermutasi dan galur baru virus dapat membahayakan keefektifan vaksin.
Akibatnya, efektivitas vaksin sebagai pelindung terhadap infeksi dapat terganggu jika vaksin tidak didistribusikan ke semua negara. Jika itu menjadi kenyataan, tidak hanya upaya dan uang yang dikeluarkan untuk pengembangan vaksin menjadi sia-sia, tetapi juga perang global melawan pandemi akan terancam.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Research Foundation of the International Chamber of Commerce yang mewakili lebih dari 45 juta perusahaan di lebih dari 100 negara menunjukkan bahwa nasionalisme vaksin dapat merugikan ekonomi global hingga $9,2 triliun, hampir setengahnya ditanggung oleh ekonomi terkaya.
Nasionalisme vaksin telah menarik perhatian para politisi di negara maju, dan mereka gagal untuk melihat betapa berbahayanya hal itu. Upaya global bersama dengan dukungan alokasi yang sama dari vaksin adalah cara untuk memenangkan perang melawan virus dan menghidupkan kembali ekonomi dunia. (*)
[Alifa Asnia/Penerjemah]
[Lupita/Penulis]
Advertisement