Kuomintang Memindahkan Ibukota ke Chongqing - Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Jakarta, Bolong.id - 20 November 1937, Pemerintah Nasional Tiongkok mengeluarkan deklarasi emigrasi ke Chongqing. Sejak Insiden di Jembatan Marco Polo yang menandai dimulainya Perang Tiongkok-Jepang Kedua, wilayah Pingjin telah jatuh oleh Jepang, dan perang menyebar di banyak wilayah di Tiongkok.
Mengingat agresi terlama yang penuh kekerasan, Pemerintah Nasional yang dipimpin Partai Kuomintang memutuskan berperang membela diri. Warga seluruh negeri Tiongkok bergabung dengan para prajurit berperang melawan musuh.
Di setiap provinsi yang diserang, terjadi perjuangan sengit dan pengorbanan heroik oleh para pejuang. Perang di zaman itu berhadap-hadapan dengan senjata pedang, tombak, panah, sungguh banjir darah. Musuh terus mendesak.
Bangsa Tiongkok tidak menyerah. Pemerintah Nasional pun memindahkan ibukota ke Chongqing.
Sejak saat itu, Tiongkok terlibat dalam pertempuran yang lebih berlarut-larut dalam skala yang lebih luas. Dengan keteguhan rakyat Tiongkok, wilayah yang luas dan tekad semua orang untuk mati, Pemerintah Nasional melanjutkan Perang Anti Jepang, dan bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup dan mencapai kemerdekaan bangsa.
Pada 18 November 1937, semua departemen Pemerintah Nasional telah pindah ke Chongqing. Dan pada 20 November 1937, setelah stasiun radio pusat diperintahkan untuk menyiarkan deklarasi relokasi pemerintah nasional ke Chongqing, partai dan personel pemerintah dari Komite Sentral naik perahu ke barat, staf stasiun radio pusat juga meninggalkan Nanjing menuju Changsha.
Advertisement