Ini Dia Panduan untuk Kebijakan Ekonomi “Dual Circulation” China - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Jakarta, Bolong.id - Rapat pleno kelima Komite Sentral ke-19 Partai Komunis Tiongkok diadakan di Beijing 26 hingga 29 Oktober kemarin. Selama sesi tersebut, rencana lima tahun ke-14 Tiongkok dibahas, termasuk kebijakan ekonomi ‘dual circulation’ yang menjadi kata kunci baru-baru ini di Tiongkok.
Dilansir dari CGTN, Jumat (30/10/2020), istilah ‘dual circulation’ telah bermunculan dalam diskusi ekonomi di seluruh Tiongkok, menandakan potensi perubahan paradigma dalam ekonomi Tiongkok. Konsep tersebut memiliki dua komponen yang sama kuatnya: "sirkulasi internal" yang mengacu pada kegiatan ekonomi domestik, dan "sirkulasi eksternal" yang berkaitan dengan hubungan ekonomi Tiongkok dengan dunia luar.
Ini menandakan bahwa Tiongkok ingin mengurangi peran perdagangan internasional dalam ekonominya, dan memperkuat ekonomi domestiknya.
Ada beberapa faktor yang berperan dalam pengusulan kebijakan ekonomi ini. Pertama-tama, karena pandemi COVID-19 membuat guncangan di seluruh dunia, prospek ekonomi di luar Tiongkok saat ini terlihat tidak terlalu optimis.
Memburuknya hubungan Tiongkok-AS juga memberikan dampak besar dalam pertimbangan Tiongkok karena AS mempertimbangkan untuk memutuskan hubungan dan tampaknya bertekad untuk melumpuhkan perkembangan ekonomi dan teknologi Tiongkok. Ini, ditambah dengan meningkatnya unilateralisme dan proteksionisme di seluruh dunia, telah mendorong Tiongkok untuk berpikir kebijakan yang lebih berjangka panjang.
Sementara langkah-langkah spesifik belum disempurnakan oleh pemerintah, para ekonom bergegas mengajukan beberapa saran umum. Misalnya, mereka berpendapat bahwa untuk memperkuat ekonomi domestik Tiongkok, konsumsi domestik perlu memainkan peran yang jauh lebih besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi karena saat ini sektor tersebut telah menyumbang sekitar 55 persen dari PDB Tiongkok.
Untuk mewujudkannya, Tiongkok perlu meningkatkan pendapatan warganya dan mengoptimalkan distribusi pendapatan sehingga warganya bisa lebih santai dalam membelanjakan uangnya.
Beberapa masalah lain juga perlu ditangani. Tiongkok perlu memastikan tanah, modal, bakat, dan teknologinya, bersama dengan sumber daya lainnya, diarahkan ke sektor-sektor yang paling membutuhkan. Sehingga, Tiongkok harus memperdalam reformasi struktural sisi penawaran untuk memastikan ekonominya berjalan dengan efisien.
Inovasi dan ekonomi digital yang melibatkan pengembangan kecerdasan buatan, data besar, dan 5G yang semuanya merupakan mesin utama di balik pertumbuhan ekonomi saat ini, harus mendapat perhatian yang lebih besar.
Lalu, apakah ekonomi sirkulasi ganda berarti Tiongkok akan mengisolasi dirinya dari seluruh dunia? Tentu tidak, Tiongkok telah memperoleh manfaat yang sangat besar dari keterbukaan dalam empat dekade terakhir dan mengakui bahwa mereka harus terus menempuh jalur ini.
Para ekonom Tiongkok percaya bahwa negara tersebut harus menyambut lebih banyak investasi asing, memperkuat Belt and Road Initiative, menegosiasikan lebih banyak perjanjian perdagangan bebas, serta memanfaatkan zona perdagangan bebas dan pelabuhannya.
Namun, dunia luar juga akan terpengaruh oleh kebijakan ekonomi baru Tiongkok. Pertumbuhan konsumsi domestik membuat investasi di perusahaan konsumen Tiongkok menjadi pilihan cerdas. Serangan Presiden AS Donald Trump terhadap pasokan semikonduktor telah mempercepat Tiongkok dalam pengembangan chip pengganti, menjadikan perusahaan teknologi Tiongkok yang melayani pasar domestik sebagai investasi yang menarik.
Dalam ‘dual circulation’, perusahaan di bidang ekspor juga memberikan peluang untuk pertumbuhan yang stabil. Pembukaan pasar saham dan obligasi Tiongkok memberikan investor akses ke perusahaan Tiongkok yang melayani kedua sektor ekonomi ganda.
Tiongkok tentu masih perlu bekerja sama dengan dunia untuk memperkuat ketahanan ekonominya. Tetapi bagaimana dunia terlibat dengan ekonomi Tiongkok juga membutuhkan penyesuaian.
Advertisement