Lama Baca 3 Menit

Tiongkok Pilih TikTok Ditutup di AS daripada Dibeli Paksa

12 September 2020, 15:23 WIB

Tiongkok Pilih TikTok Ditutup di AS daripada Dibeli Paksa-Image-1

Tiongkok Lebih Pilih TikTok AS Ditutup daripada Penjualan Paksa? - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Beijing, Bolong.id - Beijing menentang penjualan paksa operasi TikTok di AS, dan lebih memilih untuk melihat aplikasi video pendek tersebut ditutup di Amerika Serikat, kata tiga orang narasumber pada hari Jumat (11/9/2020).

ByteDance telah dalam pembicaraan untuk menjual bisnis TikTok di AS kepada kandidat pembeli, termasuk Microsoft dan Oracle sejak Presiden AS Donald Trump mengancam pada bulan Agustus lalu untuk melarang layanan tersebut jika tidak dijual. Trump bahkan telah memberi ByteDance tenggat waktu hingga pertengahan September untuk menyelesaikan kesepakatan.

Namun, para pejabat Tiongkok yakin penjualan paksa akan membuat ByteDance dan Tiongkok tampak lemah dalam menghadapi tekanan dari Washington, kata seorang narasumber yang berbicara dengan syarat anonim mengingat sensitivitas situasi, dilansir dari Reuters, Sabtu (12/9/2020).

ByteDance mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah Tiongkok tidak pernah menyarankan kepada ByeteDance bahwa mereka harus menutup TikTok di Amerika Serikat atau di pasar lain mana pun.

Dua sumber lainnya mengatakan Tiongkok bersedia menggunakan revisi pada kebijakan daftar ekspor teknologi pada 28 Agustus lalu untuk menunda kesepakatan apa pun yang dicapai oleh ByteDance, jika perlu.

Pada hari Jumat (11/9/2020) saat ditanya tentang Trump dan TikTok, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijian (赵立坚), mengatakan pada konferensi pers reguler bahwa Amerika Serikat menyalahgunakan konsep keamanan nasional, dan mendesak AS untuk berhenti menindas perusahaan asing.

Trump pada bulan Agustus lalu mengeluarkan dua perintah eksekutif yang mengharuskan ByteDance untuk menjual aset TikTok AS atau menghadapi larangan di negara itu, tempat aplikasi tersebut sangat populer di kalangan remaja.

Pejabat AS mengkritik keamanan dan privasi aplikasi, menyarankan bahwa data pengguna mungkin dibagikan dengan pemerintah Beijing. Sementara pihak TikTok mengatakan tidak akan memenuhi permintaan apa pun untuk membagikan data pengguna dengan otoritas Tiongkok.

Di sisi lain, Beijing telah mengatakan dengan tegas bahwa pihaknya menentang perintah eksekutif Trump dan pada 28 Agustus lalu mengambil tindakan dengan merevisi daftar teknologi yang memerlukan persetujuan pemerintah Tiongkok sebelum diekspor. Para ahli mengatakan algoritme rekomendasi TikTok akan termasuk dalam daftar ini.

Regulator Tiongkok mengatakan pada pekan lalu bahwa aturan itu tidak ditargetkan pada perusahaan tertentu tetapi mereka menegaskan kembali hak mereka untuk menegakkan peraturan tersebut.