CanSino Tiongkok Incar Persetujuan Darurat Vaksin COVID-19 - Image from internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Washington, Bolong.id - Perusahaan farmasi Tiongkok CanSino Biologics Inc, diketahui sedang mencari persetujuan penggunaan darurat untuk vaksin COVID-19 di beberapa negara sebelum menyelesaikan uji klinis skala besar.
Dilansir dari The Wall Street Journal, CanSino mengatakan bahwa pihaknya sudah dalam pembicaraan dengan Pakistan dan beberapa negara di Amerika Latin, serta beberapa negara maju lainnya, tetapi belum ada negara yang memberikan persetujuan untuk penggunaan darurat vaksin. Saat ini, mereka masih dalam tahap pembicaraan.
Sementara itu, militer Tiongkok telah menyetujui penggunaan darurat vaksin CanSino sebelum uji klinis fase 3 dilakukan. “Ini memungkinkan vaksin untuk diluncurkan ke jutaan orang guna meningkatkan pengetahuan tentang keefektifan dan keamanannya,” kata Pierre Morgon, wakil presiden senior untuk bisnis internasional di perusahaan tersebut.
“Ini membantu membangun database keamanan dan tentunya membangun kepercayaan pada fakta bahwa vaksin itu aman. Jika, sementara itu, terbukti efektif dalam uji klinis fase 3, maka itu mungkin menjadi akselerator kontrak masa depan untuk pasokan vaksin,” tambahnya.
Anthony Fauci, direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional Amerika Serikat (AS), telah memperingatkan agar tidak memberikan penggunaan darurat vaksin COVID-19. Dia juga mengatakan bahwa dirinya ragu AS akan menggunakan vaksin COVID-19 Tiongkok atau Rusia, dilansir dari laman ibtimes.com.
Rusia menyetujui vaksin COVID-19 pada awal Agustus 2020 lalu yang menimbulkan keraguan tentang keamanan dan keefektifannya berdasarkan kecepatan pengirimannya. Rusia membela perputaran cepat dari vaksin COVID-9-nya dengan mengatakan bahwa mereka sedang mengembangkan obat tersebut setidaknya selama enam tahun.
Tiongkok, tempat wabah COVID-19 pertama kali diidentifikasi, memiliki lebih dari 89.800 kasus COVID-19 dengan lebih dari 4.700 kematian, dilansir dari Universitas Johns Hopkins. Sebagai perbandingan, AS telah melaporkan lebih dari 5,8 juta kasus positif COVID-19 dengan lebih dari 180.000 kematian terkait COVID-19. (*)
Advertisement