Jubir Kementerian Luar Negeri, Zhao Lijian - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan pada 14 April 2020, bahwa AS akan meninjau keterlibatan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, disingkat WHO) dalam masalah "kesalahan manajemen dan penyembunyian kebenaran" pada situasi pandemi COVID 19. Selama proses peninjauan, pendanaan untuk WHO akan diberhentikan. Sebagai tanggapan, Zhao Lijian (赵立坚), juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok (中国外交部), mengatakan pada konferensi pers reguler pada tanggal 15 April 2020, bahwa Tiongkok sangatlah prihatin dengan pengumuman AS mengenai penundaan pendanaan untuk WHO tersebut.
Trump, pada konferensi pers anti-pandemi di Gedung Putih hari Selasa lalu (14 April 2020) mengatakan, “Salah satu keputusan paling berbahaya dan mahal dari WHO adalah menentang pembatasan perjalanan ke Tiongkok dan negara-negara lain. Namun, AS tetap menangguhkan perjalanan dari Tiongkok, diakui memang telah menyelamatkan banyak sekali nyawa. Jika tidak, ribuan orang akan meninggal. Jika negara-negara lain juga menangguhkan perjalanan dari Tiongkok, banyak nyawa akan dapat diselamatkan.”
Trump juga menekankan bahwa bahwa WHO belum dapat sepenuhnya mengakses, memverifikasi, dan berbagi informasi secara tepat waktu dan transparan. Oleh karena itu, pemerintah AS memutuskan untuk menunda pendanaan WHO, di saat yang sama juga melakukan peninjauan dan evaluasi peran WHO dalam kesalahan manajemen dan penyembunyian informasi penyebaran virus corona.
Di Beijing, Zhao Lijian menanggapi keputusan AS tersebut, menjelaskan bahwa WHO memainkan peran yang tak tergantikan dalam menanggapi krisis kesehatan publik global. Sejak merebaknya wabah COVID-19, WHO telah secara aktif melakukan tugasnya di bawah kepemimpinan direktur jenderal Tedros Adhanom, yang telah memainkan perannya dalam koordinasi terpusat, guna mempromosikan kerjasama internasional dalam anti-pandemi. Keputusan AS ini akan melemahkan kemampuan WHO dalam memimpin kampanye anti-pandemi internasional, dan dapat mempengaruhi negara-negara di seluruh dunia, termasuk Amerika. Sehingga, mendesak AS untuk tetap mendukung WHO dalam perang melawan COVID-19.
AS saat ini adalah donor terbesar WHO, berkontribusi lebih dari $400 juta (sekitar 6,7 triliun rupiah) pada tahun 2019. Menurut data yang disediakan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, kontribusi Tiongkok selama periode yang sama adalah $44 juta (sekitar 692 milyar rupiah).
Mengenai keputusan AS, Heiko Maas, menteri luar negeri Jerman, mengatakan dalam wawancara terbarunya, bahwa saling menyalahkan tidak akan membantu menyelesaikan masalah, tetapi harus juga memperkuat fungsi WHO pada saat krisis. Selain itu, para pemimpin ASEAN plus Tiongkok, Jepang, Korea pada tanggal 14 April 2020, mengeluarkan pernyataan bahwa semua pihak akan bekerja sama dengan WHO, organisasi terkait dan komunitas internasional dalam perang global melawan pandemi, guna mengatasi dampak pandemi pada ekonomi dan masyarakat, serta menjaga kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan berkelanjutan.
Advertisement