Ilustrasi Batu Bara - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Beijing, Bolong.id - Permintaan batu bara dari Tiongkok lagi-lagi membuat harga batu bara melonjak naik bahkan fluktuatif, sepanjang pekan ini. Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) naik sebesar 0,75%. Pada awal pekan lalu harganya bahkan mencapai US$ 53,6 atau Rp 763 ribu per ton yakni tertinggi sejak Selasa (9/6/2020). Namun, harga batu bara kemudian turun selama dua hari berturut-turut, dan setelah lewat tiga hari harganya malah terus-menerus naik.
Selidik demi selidik, harga batu bara naik-turun ini karena terkena pengaruh oleh peningkatan konsumsi energi masyarakat Tiongkok, salah satunya listrik. Pembangkit listrik di Tiongkok didominasi oleh penggunaan batu bara sebagai bahan bakar. Oleh karena itu, jika kebutuhan listrik meningkat, kebutuhan batu bara pun juga akan ikut melonjak.
Pada bulan Mei 2020 produksi industri Tiongkok pun tumbuh sebesar 4,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Lebih tinggi ketimbang pertumbuhan pada bulan sebelumnya yaitu 3,9% YoY. Sementara tingkat pengangguran pada bulan Mei turun sedikit dari bulan sebelumnya menjadi 5,9%. Penjualan ritel pada bulan Mei juga cukup membaik dibandingkan bulan sebelumnya meski masih terkontraksi -2,8% YoY. Sementara untuk penjualan mobil pada bulan Mei melonjak sebesar 14,5% YoY. Melalui data-data di atas dapat disimpulkan bahwa roda perekonomian Negeri Tirai Bambu ini perlahan-lahan membaik sehingga membuat konsumsi energi masyarakatnya meningkat, meski sempat dilanda pandemi COVID-19.
Dikabarkan sepanjang bulan Juni, batu bara yang diimpor ke pelabuhan di Tiongkok mencapai 29,53 miliar ton, yakni tertinggi sejak tahun 2015 silam dan menjadikan Tiongkok sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia.
Advertisement