Lama Baca 3 Menit

DNA Manusia Purba Denisovan Ditemukan di Gua Karst China

31 October 2020, 09:53 WIB

DNA Manusia Purba Denisovan Ditemukan di Gua Karst China-Image-1

Wajah Denisovan Siberia yang direkonstruksi (kiri), representasi Sunda Denisovan dari Universitas Ibrani (kanan). - Image from Ancient Origins

DNA Manusia Purba Denisovan Ditemukan di Gua Karst China-Image-2

Gua Karst Baishiya di Xiahe, China - Image from Ancient Origins

Lanzhou, Bolong.id - Ilmuwan Tiongkok meneliti jejak manusia purba Denisovan, yang hidup sekitar 160.000 tahun silam. Diteliti, DNA mitokondria Denisovan di sedimen Pleistosen Tengah, akhir yang diendapkan 100.000 dan 60.000 tahun lalu, diambil dari Gua Karst Baishiya di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet.

Studi diterbitkan dalam jurnal Science pada Jumat (30/10/20) itu dipimpin tim arkeologi dari Universitas Lanzhou Tiongkok dan diselesaikan bersama oleh universitas dan lembaga penelitian di Tiongkok, Jerman, Australia, dan Amerika Serikat.

Penemuan ini semakin memperpanjang periode ketika Denisovan menduduki gua tersebut dan memberikan bukti bahwa mereka telah lama berada di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, kata Zhang Dongju, Anggota Tim Arkeologi.

Pendudukan Denisovan jangka panjang di Gua Karst Baishiya menunjukkan bahwa mereka mungkin telah beradaptasi dengan kehidupan di dataran tinggi dan mungkin telah menyumbangkan adaptasi tersebut pada manusia modern di dataran tinggi, menurut penelitian tersebut.

Kelompok hominin yang punah itu awalnya diidentifikasi dari urutan genom, yang terdeteksi dalam fragmen phalanx yang ditemukan di Gua Denisova di Pegunungan Altai di Siberia Selatan.

Gua Karst Baishiya terletak di Kotapraja Ganjia, Kabupaten Xiahe, Provinsi Gansu Tiongkok Barat Laut. Tim arkeologi Universitas Lanzhou melakukan penggalian resmi pertama situs tersebut pada tahun 2018.

Pada 2019, pecahan rahang Denisovan dievakuasi di Xiahe. Itu adalah fosil Denisovan pertama yang ditemukan di luar Pegunungan Altai. Para peneliti menggunakan analisis protein kuno untuk mengidentifikasi fosil tersebut dan menyimpulkan bahwa rahang bawah berusia setidaknya 160.000 tahun, sebagaimana dilansir dari Xinhua. (*)