Lama Baca 3 Menit

Jokowi Bahas Ketegangan AS-China pada PBB: ‘Perang Tak Akan Untungkan Siapa-Siapa!"

24 September 2020, 10:20 WIB

Jokowi Bahas Ketegangan AS-China pada PBB: ‘Perang Tak Akan Untungkan Siapa-Siapa!

Jokowi saat pidato di Sidang Umum PBB - Image from SCMP

Jakarta, Bolong.id - Presiden Indonesia, Joko Widodo pada Rabu (23/9/20) menyampaikan pidato pertamanya di depan Majelis Umum PBB untuk memperingatkan stabilitas dan perdamaian global dapat "dihancurkan" jika persaingan geopolitik yang terus meningkat terus berlanjut.

“Perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Tidak ada gunanya merayakan kemenangan di antara reruntuhan. Tidak ada gunanya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang sedang tenggelam,” ujar Presiden.

Komentarnya muncul saat ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok meningkat, termasuk di Laut Tiongkok Selatan.

Tiongkok mengklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut Tiongkok Selatan, sebuah posisi yang ditolak oleh Washington dan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengutip ketentuan dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Awal bulan ini, pemerintah Indonesia memprotes ketika kapal penjaga pantai Tiongkok memasuki bagian Laut Tiongkok Selatan yang diklaimnya. Itu adalah yang terbaru dari beberapa serangan Tiongkok  pada tahun lalu.

“Prinsip-prinsip PBB. Piagam dan hukum internasional seringkali diabaikan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah,” kata Jokowi kepada PBB.

Bahaya ketegangan AS-Tiongkok juga ditanggapi oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Filipina memiliki klaim yang bersaing dengan Beijing di Laut Tiongkok Selatan.

“Mengingat ukuran dan kekuatan militer para pesaing, kita hanya bisa membayangkan dan terkejut dengan korban jiwa yang mengerikan serta harta benda yang akan ditimbulkan jika 'perang kata' memburuk menjadi perang senjata nuklir dan rudal yang sebenarnya,” dia kepada sidang umum PBB.

Widodo mengatakan pandemi COVID-19 adalah masa persatuan global.

“Apa yang kami lihat, sebaliknya, adalah salah satu divisi yang dalam dan persaingan yang berkembang,” katanya. “Jika perpecahan dan persaingan terus berlanjut, maka saya khawatir pilar stabilitas dan perdamaian berkelanjutan akan runtuh atau bahkan [dihancurkan].”

Ia mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi “pembangun jembatan” dan mengadvokasi kesetaraan global, seperti dilansir dari South China Morning Post. (*)