Lama Baca 4 Menit

East China Normal University Luncurkan Program Dukung Pengembangan Pendidikan

14 September 2020, 08:42 WIB

East China Normal University Luncurkan Program Dukung Pengembangan Pendidikan-Image-1

Alumni East China Normal University yang bekerja di Zunyi, Provinsi Guizhou, membagikan mimpinya melalui konferensi online pada 10 September 2020 pada upacara peluncuran program oleh universitas untuk membantu alumi yang bekerja di bidang pendidikan meraih impian mereka - Image from China Daily

Shanghai, Bolong.id - East China Normal University pada Kamis (10/9/20) meluncurkan program membantu alumninya yang bekerja di bidang pendidikan untuk meraih "impian" mereka.

Program, dengan frase pertamanya berlangsung selama 10 tahun mulai dari 10 Sep 2020, melibatkan penyusunan tujuan yang dimiliki anggota alumni mengenai pengembangan inisiatif pendidikan di Tiongkok. Tema mimpi ini akan berubah setiap tahun.

Tahun ini, tema yang diangkat berpusat pada upaya pengentasan kemiskinan melalui pengembangan sektor pendidikan di daerah terpencil di Tiongkok Tengah dan Barat. Menurut universitas, 70 "impian" akan dipilih pada pertengahan Oktober 2020.

“Sebagai universitas yang berkomitmen untuk membina guru, kami berharap dapat mengatasi kendala yang dihadapi alumni kami dalam pendidikan, menjelang peringatan 70 tahun berdirinya universitas tahun depan,” ujar Zhou Bin, Dekan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di universitas tersebut.

Untuk menjadi bagian dari inisiatif baru, pelamar harus menyerahkan rencana program mereka ke universitas. Universitas mencatat bahwa setiap rencana harus memiliki tujuan praktis yang dapat dicapai dalam tiga tahun.

22 ahli dari universitas dan anggota alumni yang bekerja di sektor pendidikan akan bertanggung jawab untuk membantu mewujudkan impian tersebut. Di antara mereka adalah Yuan Zhenguo, Profesor Fakultas Pendidikan universitas, dan Li Zhicong, Kepala Sekolah Menengah No. 2 East China Normal University.

Guru dan siswa juga akan menjadi sukarelawan dalam program ini dengan menawarkan layanan administrasi dan membantu tugas koordinasi.

“Melalui program ini, fakultas akan memperluas pemikiran para guru dan mengambil pandangan jangka panjang tentang proses belajar mengajar, mengoptimalkan pendekatan pendidikan dan struktur mata kuliah agar lebih sesuai dengan lingkungan pengajaran nyata yang mungkin dihadapi siswa di masa depan,” kata Zhou.

Ia mencontohkan, meski infrastruktur sekolah di daerah terpencil secara umum dapat memenuhi kebutuhan pendidikan dasar di sana, masih terdapat kekurangan “soft power”, mengacu pada ide dan sumber daya pendidikan.

Ini adalah kasus Wu Chaowen, guru bahasa Mandarin di Sekolah Menengah Pertama di kota Yangjie, Kunming, provinsi Yunnan.

"Saya perhatikan bahwa esai yang ditulis siswa biasanya kering dan membosankan, bahkan jika mereka diberi subjek yang dekat dengan kehidupan mereka," kata Wu pada seremoni peluncuran.

"Seperti guru lokal lainnya, saya menyadari masalah ini tetapi berjuang untuk mengubah situasi. Kami membutuhkan bantuan dari universitas."

Zhou mengatakan tantangan seperti itu dapat diatasi dengan meningkatkan keterampilan para guru.

"Kami dapat menyediakan gelar master untuk pendidikan bahasa Mandarin bagi guru-guru seperti Wu hingga dia pensiun. Kami dapat mendorong sekolah untuk membentuk tim peneliti dan meminta seorang profesor dari universitas kami menjadi mentor mereka. Kelompok minat juga dapat dibentuk untuk mendiskusikan metode pengajaran menulis esai di sekolah, di mana mahasiswa pascasarjana dari universitas kami dapat menjadi sukarelawan untuk membantu," kata Zhou.

"Kasus ini menunjukkan alasan kami membentuk tim yang terdiri dari para ahli dan praktisi yang berprestasi di berbagai bidang seperti psikologi, musik dan pendidikan guru untuk memotivasi dan membantu para guru lokal." (*)