Manfaat Mengunyah Perlahan - Image from kknews.cc
Bolong.id - Dalam sebuah penelitian yang mengatakan bahwa setelah lebih banyak mengunyah, efek termal makanan dapat meningkat, yang setara dengan penurunan kalori makanan.
Jadi, apakah mengunyah perlahan benar-benar membantu menurunkan berat badan? Apakah ada alasan untuk kekhawatiran pasien diabetes bahwa mengunyah perlahan akan meningkatkan gula darah"? Mari kita analisisnya.
Dilansir dari cctv.com pada Kamis (3/3/2022), sebelum berbicara tentang dampak makan terhadap penurunan berat badan, mari kita bahas dulu konsep efek termal makanan.
Sederhananya, tubuh lebih panas setelah makan daripada sebelum makan. Efek ini membuat tubuh terasa lebih hangat setelah makan.
Dengan kata lain, adanya efek termal dari makanan berarti sebagian panas dari makanan yang dimakan akan hilang. Bagian ini tidak dapat lagi digunakan untuk menumbuhkan lemak.
Banyak masyarakat yang terbiasa makan dengan cepat bahkan mengunyah dengan ala kadarnya. Padahal makan dan mengunyah terlalu cepat bisa memicu kenaikan berat badan. Hal ini dikarenakan otak membutuhkan waktu untuk mencerna apakah Anda sudah cukup makan atau tidak. Dengan mengunyah makanan secara perlahan, otak memiliki waktu lebih banyak untuk memproses kapan Anda harus berhenti makan. Hal ini menyebabkan asupan makanan yang dikonsumsi menjadi menurun, rasa kenyang meningkat , dan porsi makanan Anda menjadi lebih kecil. Mulai sekarang cobalah untuk makan dengan ritme yang lebih lambat. Anda bisa menghitung berapa kali Anda mengunyah untuk membantu kebiasaan makan dengan perlahan.
Sebuah studi baru menemukan bahwa orang yang mengunyah lebih lama menyantap kalori lebih sedikit, sehingga dapat mengontrol berat badan mereka. Mengunyah makanan 40 kali dan bukan 15 kali menyebabkan subjek penelitian menyantap 12% kalori lebih sedikit, demikian menurut hasil yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition.
Jie Li dkk dari Universitas Kedokteran Harbin di Tiongkok melakukan penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antara lama mengunyah makanan dengan jumlah asupan makan; penelitian dilakukan dengan cara memberikan sarapan pada 14 pria muda obesitas dan 16 pria muda dengan berat badan normal. Para peneliti mengamati apakah mengunyah lebih lama menyebabkan subyek makan lebih sedikit dan mempengaruhi kadar gula darah atau hormon tertentu yang mengatur nafsu makan.
Penelitian sebelumnya telah mengeksplorasi hubungan antara obesitas dan lama mengunyah, dan memperoleh hasil yang beragam. Beberapa studi menemukan bahwa durasi mengunyah berhubungan dengan obesitas, sementara yang lain tidak menemukan hubungan tersebut. Dalam studi ini, tim menemukan hubungan antara jumlah kunyahan dengan kadar beberapa hormon yang "memberitahu otak untuk mulai makan dan kapan harus berhenti makan," demikian menurut Reuters.
Mengunyah lebih lama terbukti menurunkan kadar ghrelin, hormon yang merangsang nafsu makan, dan meningkatkan kadar cholecystokinin (CCK), hormon yang diyakini mampu mengurangi nafsu makan. Hormon-hormon ini dapat menjadi target yang berguna untuk terapi obesitas di masa depan, karena dapat membantu orang mengendalikan nafsu makan.(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement