Institut Konfusius di Kuba - Image from News from Havana
Havana, Bolong.id - Rodrigo Curbelo, pemuda berusia 18 tahun dari Kuba, memulai harinya setiap pagi dengan mempersiapkan babak final Chinese Bridge 2020, sebuah kompetisi tahunan keterampilan bahasa Mandarin.
Bahasa dan budaya Tionghoa terus berkembang pesat di negara kepulauan melalui ribuan orang, yang kehidupannya telah berubah melalui kunjungan atau pengalaman tinggal di Tiongkok. Di antara mereka adalah Curbelo, seorang pelajar bahasa Mandarin yang menemukan kecintaan terhadap bahasa dan budaya Tionghoa. Demikian dilansir dari Xinhuanet.com, Rabu (30/9/2020).
Curbelo belajar bahasa Mandarin di Beijing, di mana dia tinggal selama empat tahun bersama keluarganya, dan sekarang terus mengasah keterampilannya di Institut Konfusius Havana.
"Pada awalnya, belajar bahasa Mandarin sangat sulit. Ini sangat berbeda dengan bahasa Spanyol," katanya kepada Xinhua. "Namun, itu adalah pusat dari hidup saya sekarang."
Curbelo, yang kembali ke Havana pada Juli 2019, membawa serta beberapa kamus, kepingan musik, buku, dan majalah untuk tetap berhubungan dengan budaya Tiongkok.
Di tempatnya, semua ruangan dihiasi dengan simbol Tiongkok, mulai dari lukisan Tiongkok di dinding ruang tamu, hingga bantal dengan ornamen porselen. "Bahasa Cina akan menjadi bahasa bisnis di masa depan," tambahnya.
Adik laki-laki Rodrigo, Marcel Curbelo, 13 tahun, yang juga belajar bahasa Mandarin di Beijing dan sekarang belajar di Institut Konfusius, mengatakan bahwa bahasa Mandarin lebih dari sekadar kata-kata dan isyarat.
"Ini seperti dunia, penuh atraksi dan kebijaksanaan," katanya.
Sejak pembentukan hubungan diplomatik Kuba-Tiongkok 60 tahun lalu, ribuan orang Kuba telah melakukan perjalanan ke Tiongkok untuk belajar atau bekerja.
Di antara mereka adalah David Curbelo, 52, ayah dari Rodrigo dan Marcel, dan seorang peneliti di Pusat Imunologi Molekuler Kuba. Dia membawa keluarganya ke Tiongkok untuk bekerja dan telah menjadi salah satu pengalaman mereka yang paling memperkaya hidup.
Meskipun baru belajar beberapa kata dalam bahasa Mandarin, bukan halangan baginya untuk mendapatkan keahlian dan pengetahuan melalui bekerja dengan para ahli dari Tiongkok.
"Tiongkok dan Kuba memiliki kolaborasi yang solid di bidang ilmiah. Kami saling belajar," kata ilmuwan tersebut.
Salah satu momen yang paling dinikmati keluarga Kuba ini adalah berbagi kenangan indah saat mereka berada di Tiongkok sementara ibu Rodrigo, seorang profesor musik Kuba, bermain piano di ruang makan.
"Saya juga tidak bisa berbahasa Mandarin, tapi kami masih belajar dengan putra-putra kami," katanya.
Selama beberapa tahun terakhir, pengetahuan tentang bahasa dan budaya Tionghoa menjadi semakin populer di pulau itu berkat upaya organisasi dan lembaga sosial termasuk Institut Konfusius Havana, di mana lebih dari 4.000 siswa telah lulus sejak didirikan pada tahun 2009.
"Mempelajari bahasa Mandarin bukanlah tugas yang mudah, tetapi orang Kuba belajar dengan sangat cepat," kata profesor bahasa China, Zheng Wenjie.
Saat kompetisi Chinese Bridge semakin dekat, Rodrigo dan keluarganya percaya bahwa mereka sudah menang melalui proses belajar bahasa tersebut, terlepas dari hasil akhir kontes.
"Kami cinta Tiongkok. Kami adalah duta budaya Tionghoa," tambahnya. (*)
Advertisement