Ilustrasi kekeringan di Guangdong - Image from People Visual
Bolong.id - Kekeringan terburuk melanda Provinsi Guangdong Tiongkok selatan dalam beberapa dekade terakhir. Menanggapi masalah tersebut, Li Guoying, menteri sumber daya air dan wakil komandan umum dari Pusat Pengendalian Banjir dan Bantuan Kekeringan Tiongkok menanggapi.
"Peningkatan konsumsi dan aliran air yang terbatas dari anak Sungai Mutiara akan memperburuk tekanan air di Guangzhou, Shenzhen, dan kota-kota besar lainnya di wilayah tersebut," kata Li pada Senin (14/2/2022) dalam sebuah pertemuan yang membahas tentang air.
Delta Sungai Mutiara yang merupakan rumah bagi lebih dari 78 juta orang dan salah satu poros ekonomi Tiongkok, akan menghadapi kekurangan air yang parah, Li memperingatkan.
Dilansir dari Sixth Tone pada Selasa (15/2/2022), karena berkurangnya curah hujan, air yang mengalir ke Sungai Mutiara dan Sungai Han berkurang sebanyak 70% sejak musim gugur yang lalu.
Li Kuo, seorang peneliti di Akademi Ilmu Pertanian Tiongkok, mengatakan kepada media Sixth Tone dalam wawancara sebelumnya, bahwa cuaca yang tidak normal ini akibat perubahan iklim. Pemerintah menyatakan bahwa ini merupakan kekeringan terburuk dalam 60 tahun. Ketinggian air di sungai dan waduk turun.
Menurut departemen sumber daya air provinsi Guangdong, provinsi tersebut saat ini menghadapi kekurangan air sebesar 900 juta meter kubik.
Kepala departemen Wang Lixin mengatakan bahwa curah hujan di provinsi tersebut diperkirakan akan tetap sedikit, dan kota-kota di sepanjang Sungai Timur, cabang utama Sungai Mutiara, mungkin mengalami pasang surut air asin — fenomena di mana kurangnya air sungai memungkinkan air laut masuk ke daratan, mengancam pasokan air tawar.
Untuk mengurangi dampak pasang surut air asin, Kementerian Sumber Daya Air Tiongkok meminta otoritas Guangdong untuk menyuplai air tawar yang cukup dari waduk bendungan ke hulu sistem Sungai Mutiara.
“Mengamankan pasokan air adalah tugas yang sulit,” kata Wang. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement