Lama Baca 4 Menit

Intip Klenteng Dewi Kwan Im di Palembang, Berdiri Sejak 1773

20 February 2022, 13:40 WIB

Intip Klenteng Dewi Kwan Im di Palembang, Berdiri Sejak 1773-Image-1

Kelenteng Dewi Kwan Im - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.

Bolong.id – Klenteng Dewi Kwan Im atau juga dikenal dengan Klenteng Candra Nadi Soei Goeat Kiong Palembang.

Terletak tak jauh di bawah Jembatan Ampera, tepatnya di kawasan 9/10 Ulu Palembang, klenteng itu berdiri kokoh sejak 1773 pada masa Kesultanan Palembang Darussalam dan Kolonial Belanda. 

Dilansir dari Sumsel.idntimes.com, berikut beberapa fakta menarik mengenai Klenteng Dewi Kwan Im.

Klenteng tidak mengizinkan sesaji darah babi

Biasanya di malam perayaan Imlek, warga keturunan Tionghoa memiliki tradisi menyiapkan sesajian bagi para leluhur. Namun di Klenteng Dewi Kwan Im ada hal berbeda yang dilakukan. Yakni, klenteng tidak menyajikan atau tidak mengizinkan sesaji darah babi dan anjing.

Hal tersebut dipengaruhi karena adanya kisah warga Tionghoa yang menikah dengan umat muslim yang berkaitan dengan sejarah Pulau Kemaro dan Kampung Kapitan. Ada juga legenda Putri Palembang, Siti Fatimah yang merupakan seorang muslim, menjadi istri seorang Pangeran China bernama Tan Bon An.

"Sehingga untuk menghormati leluhur mereka yang muslim tidak dibolehkan untuk memakai darah binatang yang diharamkan di agama Islam," ujar Tjik Harun, salah satu pengurus Klenteng Dewi Kwan Im Palembang.

Ada 12 meja tempat berdoa di Klenteng Kwan Im Palembang

Jika kalian berkunjung ke sana, aroma dupa (hio) langsung menusuk ke hidung. Dupa merupakan salah satu sarana yang dipercaya sebagai penghubung ke Thien. Secara harfiah, Thien disebut langit atau sebagai Tuhan.

Menginjakkan kaki ke dalam, kalian bisa langsung melihat guci berisi abu yang tertancap garu di atas. Di klenteng ini, ada 12 meja yang dijadikan sebagai tempat berdoa.

"Setiap meja tuh berbeda dewa. Kalau yang pertama meja Tuhan Yang Maha Esa. Kita tidak boleh melangkahi tingkat-tingkat dewa di sini, karena sudah menjadi etika yang berlaku di sini," kata Tjik Harun.

Warga keturunan Tionghoa percaya Dewi Kwan Im bisa mengobati penyakit

Selain kental aroma dupa dari klenteng, kita juga bisa melihat langsung altar-altar mulai dari altar Dewi Maco Po atau penguasa laut (juga disebut sebagai dewi yang menguasai setan dan iblis), serta altar Dewi Kwan Im atau penolong orang yang menderita, sudah tersusun secara berurut.

Bagi warga keturunan Tionghoa, mereka percaya Dewi Kwan Im di klenteng itu dapat dimintai tolong untuk menyembuhkan penyakit. Berdasarkan kisah zaman dahulu, ada seorang umat yang menderita kanker rahang dan berdoa ke Dewi Kwan Im, lalu umat itu diminta untuk mengambil nomor obat kepada petugas klenteng.

"Ceritanya, obat diberikan dengan cara mengocok sekumpulan batang bambu kecil yang diberi nomor. Nomor yang diambil itu ditulis di kertas untuk ditukarkan dengan racikan obat di toko yang ditunjuk, dan diyakini penyakitnya sembuh," ujarnya.  (*) 


Informasi Seputar Tiongkok