Ilustrasi tato orang Dai - Image from Sohu
Yunnan, Bolong.id - Kebiasaan membuat tato di Xishuangbanna adalah menusuk bagian tertentu dari tubuh dan membuat gambar atau pola yang diinginkan. Ini adalah kebiasaan kuno tato orang Dai, dan ini disebut ‘cimo’ (刺墨cì mò) dalam bahasa Dai.
Xishuangbanna, Sibsongbanna atau Sipsong Panna, disingkat menjadi Banna, adalah prefektur otonom bagi orang Dai di ujung selatan Provinsi Yunnan, Tiongkok, berbatasan dengan Myanmar dan Laos.
Dilansir dari chinawenhua.com.cn, sejak lebih dari dua ribu tahun yang lalu, banyak kelompok etnis di Tiongkok selatan memiliki kebiasaan menato. Kebiasaan kuno ini terkait erat dengan pemujaan totem primitif, tetapi ada perbedaan tertentu dalam tingkat pemujaan dan interpretasi makna.
Dari mana asal usul kebiasaan membuat tato, yang sangat populer di Xishuangbanna?
Menurut legenda, orang Dai sangat lama tidak melihat matahari, dan orang-orang hidup di hari-hari gelap setiap tahun. Untungnya nenek moyang orang Dai meninggalkan mutiara untuk generasi mendatang, mutiara tersebut digantung di pohon linden yang tinggi sepanjang tahun, bersinar siang dan malam. Setelah kejadian itu, seorang iblis mencoba mencuri mutiara orang Dai. Suatu hari, ketika orang Dai tertidur, iblis mencuri mutiara itu, dan membuat kehidupan keluarga Dai kembali ke kegelapan.
Kemudian, ada seorang pemuda pemberani bernama Wan Napa, yang bertekad untuk menemukan permata ini untuk orang Dai. Wan Napa melihat banyak hal aneh dan binatang mengerikan selama perjalanan, dan ia berjalan sangat jauh. Dia ingin menuliskan semua monster aneh yang dia lihat dan memberitahukannya kepada orang-orang Dai.
Lalu, dia menemukan semacam duri di hutan liar dan menusuk banyak gambar berbeda di kulit lengannya, beberapa seperti binatang buas, dan beberapa garis seperti jalan yang ia lalui. Pertama, ia menusukkan duri tersebut pada kulit dan berdarah, lalu ia menggunakan getah pohon hitam atau merah untuk diseka ke kulit yang tertusuk, sehingga gambaran dari semua yang ia lihat dan dengar sepanjang jalan dapat terlihat jelas di tubuhnya.
Ketika Wan Napa berjalan selama tujuh hari tujuh malam, dia datang ke pegunungan yang dalam di kaki langit dan melihat gua tempat iblis bersembunyi. Iblis melihatnya ditutupi dengan harimau, macan tutul, serigala dan binatang buas lainnya serta pedang dan senjata lainnya. Wan Napa berhasil mengambil mutiara tersebut, dan kembali menyinari kehidupan orang Dai.
Setelah Wan Napa meninggal, keluarga Dai menguburkannya di bawah pohon Bodhi yang membawa keberuntungan. Oleh karena itu, sejak saat itu, masyarakat akan selalu memperingati pahlawan yang menjadi berkah bagi keluarga Dai, dan selalu mengagumi pohon Bodhi yang bertuah. Para pria Dai akan selalu mengikuti pahlawan Wan Napa sebagai contoh. Mereka membuat tato untuk menunjukkan semangat kepahlawanan, dan kebiasaan kuno ini telah diturunkan dari generasi ke generasi.
Tato adalah perwujudan dari semangat dedikasi para pemuda Dai dalam mengejar kehidupan yang lebih baik. Di saat yang sama, juga dianggap sebagai jimat untuk menghindari kejahatan dan menghilangkan bahaya. Dalam pandangan mereka, tato dapat membuat hidupnya akan dilindungi selamanya. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement