Peter Ben Embarek (tengah), kepala tim WHO yang menyelidiki asal-usul COVID-19, menyapa Liang Wannian, kepala panel ahli tanggapan COVID-19 di Komisi Kesehatan Nasional China, pada konferensi pers studi bersama WHO-China di Wuhan, provinsi Hubei, pada hari Selasa.- Image from China Daily
Wuhan, Bolong.id - Tim peniliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan "sangat tidak mungkin" virus corons menyebar ke manusia karena kebocoran laboratorium. WHO menegaskan bawa nantinya studi asal COVID-19 ini tidak akan hanya terkait secara geografis, tapi bisa dimana saja.
Di dunia tidak ada laboratorium yang diketahui mempelajari tentang virus corona, dan penelitian tim WHO mengenai asal COVID-19 di Wuhan mendukung penolakan teori tersebut, kata ahli penyakit hewan dan keamanan pangan WHO, Peter Ben Embarek dalam konferensi pers.
Mengacu pada Institut Virologi Wuhan dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, dia mengatakan keadaan laboratorium menunjukkan bahwa "sangat tidak mungkin ada sesuatu yang bisa lolos dari tempat itu".
Dengan kemungkinan kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin, Embarek menyarankan untuk fokus pada fakta rasional yang ada dan melakukan analisis sistematis.
"Ini adalah pendekatan yang jauh lebih berguna daripada menempatkan perasaan dan pandangan pribadi atau hanya melihat setengah dari argumen," katanya. Dilansir dari China Daily pada Rabu (10/02/2021).
Embarek mengepalai tim ahli internasional beranggotakan 17 orang yang dikumpulkan oleh WHO untuk melacak asal usul virus korona baru di Wuhan bersama dengan pakar China dari 10 Januari hingga Selasa (9/2).
Penelitian mereka di China telah menunjukkan bahwa jalur yang paling mungkin untuk masuknya virus ke populasi manusia adalah melalui spesies perantara, kata Embarek, menambahkan bahwa kemungkinan dua rute lain yang diperiksa oleh tim - dari inang hewan ke manusia dan transmisi melalui makanan dingin atau beku - tidak dikesampingkan.
Dia menggarisbawahi bahwa, penelitian masa depan tentang asal virus tidak boleh terbatas pada daerah tertentu.
Embarek mengatakan bahwa kemungkinan penularan virus dari inang hewan ke manusia "bisa menempuh jalur yang panjang dan berbelit-belit, yang melibatkan pergerakan dan perjalanan melintasi perbatasan sebelum tiba di pasar Huanan". Beberapa kasus paling awal yang terdeteksi di Wuhan, pada Desember 2019, dikaitkan tetapi tidak terbatas pada pasar.
"Kami perlu melakukan lebih banyak survei terhadap spesies hewan tertentu yang dapat bertindak sebagai reservoir, termasuk lebih banyak pengambilan sampel dan studi populasi kelelawar, tidak hanya di China yang telah banyak diuji kelelawar," katanya.
“Beberapa spesies serupa yang ditemukan di China juga ditemukan di negara tetangga dan di belahan dunia lain,” katanya, seraya menambahkan bahwa populasi kelelawar di luar China belum cukup dilacak dan diuji.
Berdasarkan penelitian tim sejauh ini, kelelawar dan trenggiling telah diidentifikasi sebagai reservoir virus yang paling mungkin, tetapi urutan genom virus corona yang ditemukan di dalamnya tidak cukup mirip dengan virus yang beredar di publik untuk memastikan peran mereka.
Liang Wannian, kepala tim China dalam studi bersama, mengatakan pengujian massal produk hewani dari Pasar Makanan Laut Huanan, kelelawar di Hubei, dan ternak, unggas, dan hewan liar di seluruh negeri sejauh ini belum mendeteksi jejak virus.
"Virus mungkin masuk ke pasar oleh personel yang terinfeksi, barang yang terkontaminasi dalam logistik rantai dingin, produk hewani atau cara lain," kata Liang.
Marion Koopmans, seorang ahli virus dan anggota tim, mengatakan untuk lebih memahami asal virus, lebih banyak upaya harus dilakukan untuk menemukan dan menganalisis penyebaran virus lebih awal. (*)
Alifa Asnia/Penerjemah
Advertisement