Ilustrasi - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami
London, Bolong.id - Kedutaan Besar Tiongkok di Inggris telah menulis kepada majalah mingguan Inggris The Economist untuk membantah cerita yang tidak benar dalam artikelnya baru-baru ini tentang Daerah Otonomi Xinjiang Uygur Tiongkok, menurut sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat (26/2) oleh kedutaan.
Pada 13 Februari, The Economist menerbitkan sebuah artikel, yang membuat tuduhan tidak berdasar terhadap kebijakan Tiongkok di Xinjiang yang mengabaikan pernyataan publik berulang-ulang tentang posisi dan fakta oleh pihak Tiongkok, kata surat yang dikirim oleh kedutaan.
"Kami sangat keberatan dan dengan tegas menentangnya," katanya. Beberapa pasukan anti-Tiongkok Barat telah mengarang kebohongan ini untuk memfitnah kebijakan Xinjiang Tiongkok dan beberapa media barat telah menghipnotis dan menyebarkannya dengan sengaja, kata surat itu.
"Populasi Uyghur di Xinjiang telah berlipat ganda selama 40 tahun terakhir dan lebih. Adakah yang pernah melihat 'genosida' seperti itu ?!" kata surat itu.
Surat itu mencatat bahwa ada pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan di Xinjiang, yang sifatnya tidak berbeda dari Desistance and Disengagement Program (DDP) Inggris, atau pusat deradikalisasi di Prancis.
"Mereka semua adalah eksplorasi yang berguna dan positif untuk tindakan pencegahan dan deradikalisasi. Tidak ada 'kamp pendidikan ulang'," kata surat itu.
Xinjiang tidak pernah lebih makmur dari sekarang, dengan pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pembangunan sosio-ekonomi dan peningkatan kehidupan masyarakat, kata surat itu, seraya menambahkan bahwa penduduk di Xinjiang menjalani kehidupan yang bahagia di lingkungan yang stabil.
"Ini adalah Xinjiang yang sebenarnya. Fakta-fakta ini adalah sanggahan terbaik dari kebohongan itu," katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 1.200 diplomat, jurnalis dan perwakilan kelompok agama dari lebih 100 negara telah mengunjungi Xinjiang, dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri persatuan, kerukunan, kegembiraan dan kedamaian yang dinikmati oleh orang-orang dari semua kelompok etnis di Xinjiang.
"Kami mendesak The Economist untuk mengakui fakta, mematuhi prinsip jurnalisme yang obyektif dan adil, membuang prasangka terhadap Tiongkok dan menghentikan fitnah tanpa dasar terhadap Xinjiang Tiongkok," katanya. (*)
Advertisement