Pecinan - Image from Liputan6
Jakarta, Bolong.id - Pecinaan (China Town) ada di hampir semua negara. Di Indonesia ada di kota-kota besar. Berikut sejarahnya, dikutip dari China Ensiclopedia:
Sejarah
Pecinan di Indonesia juga memiliki sejarah panjang dari masa ke masa. Masa awal pada abad ke-3 sampai ke-5 pedagang Tionghoa datang ke Asia Tenggara untuk melakukan barter barang dagangan mereka dengan hasil penduduk pribumi.
Pada abad ke-7 hingga ke-14 yang disebut sebagai masa kejayaan. Sebab, pada abad ini banyka orang Tionghoa datang belajar Hindu-Buddha.
Pada abad ke-16 pemerintah Belanda mengimpor tenaga kerja asal Tionghoa untuk bekerja di perkebnunan dan tambang di Indonesia.
Sejarah berlanjut pada tahun 1740. Peristiwa pemberontakan Batavia ini menjadi tonggak sejarah etnis Tionghoa hijrah ke Kota Semarang. Melalui perjalanan darat, mereka selalu melakukan perlawanan dengan Belanda dari Utara ke arah Timur.
Perlawanan itu di bawah pimpinan Kapitan Nie Hoe Kong atau lebih dikenal sebagai Captain Souw Panjang, seorang pendekar silat. Setibanya di Semarang dia lebih terkenal dengan nama Sing She.
Vihara Budha Bhakti di Batam - Image from wowkeren.com
Tidak berhenti sampai disitu, posisi etnis Tionghoa dipusatkan di satu wilayah. Ini adalah salah satu aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial yang disebut Wijkenstelsel pada 1836.
Wijkenstelsel adalah aturan yang menciptakan pemukiman etnis Tionghoa atau pecinan di sejumlah kota besar di Hindia Belanda. Sejak pembantaian Tionghoa di Batavia tahun 1740, orang Tionghoa tidak dibolehkan bermukim di sembarang tempat.
Bermula dari aturan tersebutlah pecinan lahir, pemerintah kolonial mengumpulkan etnis Tionghoa di satu tempat agar mudah diawasi dan saat ini pemukiman tersebut dikenal dengan nama pecinan.
Ciri Khas Pecinan
Kawasan Pecinan mempunyai ciri khas yang berisi budaya-budaya Tionghoa baik gaya hidup masyarakatnya maupun gaya arsitektur bangunannya. Ciri khas yang paling mendasar dari kawasan Pecinan yaitu kelenteng. Kelenteng memiliki peran utama sebagai pusat berkumpulnya komunitas masyarakat, serta sebagai symbol pelestarian budaya Tionghoa.
Pecinan - Image from boombastis.com
Dalam tata ruang kota di Jawa, letak Pecinan yang berada di pusat kota menjadikan kawasan ini cenderung strategis. Kawasan Pecinan memiliki pusat ibadah sendiri yaitu kelenteng serta dekat dengan pusat perdagangan seperti pasar.
Kawasan Pecinan dapat dikatakan sebagai kota kecil di dalam sebuah kota, karena bangunan-bangunan yang ada di kawasan Pecinan cenderung seragam dan dekat dengan fasilitas pendukung permukiman yang cukup lengkap.
Saat ini pecinaan sudah hadir menjadi destinasi wisata yang menarik minta penduduk lokal. Pecinan menjadi wisata kuliner dengan hidangan khas Tionghoa dan lokal yang menggugah selera. Selain itu, pecinan juga kental dengan tradisi Tionghoa yang dihiasi dengan ornamen khas seperti lampion dan ornamen serta pusat penjualan barang yang terkenal murah. (*)
Advertisement